wajah antiraup kawula nusantara, rupa-rupa vs pura-pura
Ajak pemirsa main kata, gubah-rubah-ubah huruf.
Alternatif lain, suku kata kedua, berwujud ‘nang’. Urut abjad kalau bisa, terdapat: benang
sampai wenang. Dalil banding-sanding-tanding, punya
makna semaksud setujuan. Kaum pengguna
bahasa gaul, lebih cakap, mahir, piawai. Susun kamus bahasa. Jangan syak wasangka dengan kaidah berbahasa Indonesia: bagus-baik-benar-betul.
Bedalah dengan ‘kuyu(p)’. Acap
kusajikan daerah tak bertu(h)an. Judul standar miring kiri berbasis ” . . . mbokdé
mukiyo, dudu . . .”. Atraktif, makanya ada judul khusus “ab[a]dikan sisa
hidupmu mbokdé mukiyo”.
Sebutan nusantara, tayang perdana
bertajuk “Profil Dendam dan Dengki Politik Nusantara”. Date modified 2/11/2018 8:04 AM. Pernah terjadi kejadian berlakunya tindak kejahatan
kriminal, pidana bernama kolor ijo. Tentunya jangan diartikan bahwa kasus
ini merupakan bagian integral dari pergerakan LGBT.
Adalah “tripetaka nusantara, peras–resap–serap”. Jangan
kambing hitamkan sejarah peradaban nusantara. Oknum anak bangsa nusantara
berketurunan. Bauran asupan global sudah merasuk sampai memacu dan memicu
pematangan, pedewasaan diri sejak gua garba. Risalah fitrah gawan bayen, bakat turunan
terkontaminasi rayuan nikmat dunia liwat jalur di atas daulat masih ada daulat.
Di atas petugas partai masih bercokol kawan ketua partai pihak ketiga.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar