panjang umur, bukan jaminan ukur(an) liang kubur
Kesepengetahuan akal manusia tentang kehidupan masa depan
setelah hidup di dunia. Oplosan aneka akal maupun mendayagunakan sumber daya akal,
antara tak kurang akal sampai kehabisan akal
sehat. Sinergitas diri mampu tembus waktu
dan lompatan jauh ke depan. Pelampaubatasan angan-angan.
Melek teknologi informasi dan komunikasi (TIK) anak
bangsa pribumi nusantara sudah lewat ambang daya tampung, daya dukung dan daya
dong-nya. Penyandang kategori wong ndeso pun, melek TIK melampaui fantasi
politiknya. Ironis binti miris, yang
namanya pengamat politik klas lesehan sampai presiden
seumur hidup sebuah partai politik, sadar
diri menjadi korban peradaban berkemajuan berbasis TIK.
Akal tidak sekedar tanda pembeda antara manusia dengan
makhluk hidup lainnya ciptaan-Nya. Hakikat
pada nilai, kadar, porsi réligiusitas. Akal diri saat mencerna ketauhidan. Akal
mendasari keimanan. Kian anak bangsa
pribumi nusantara berakal, banyak akal maka akan berbanding lurus dengan
kekurangan akal sehatnya. Akal sehat dijaga dengan asupan gizi religi.
Sifat manusia sudah terterakan secara ketauhidan antara
lain: ketergesaan, keluh-kesah, tamak dan bakhil maupun keras kepala. Macam
jiwa manusia: jiwa yang selalu menyuruh pada kejahatan; jiwa yang selalu
menyesali serta jiwa yang tenang. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar