Halaman

Rabu, 11 Januari 2023

kagok plus kéok, sebelum berkokok di kandang sendiri

kagok plus kéok, sebelum berkokok di kandang sendiri 

Fenomena ijazah “aspal” utawa  asli tapi palsu. Menyangkut pasal hukum, tak selamanya berakhir di lapas. Metode kompromis. Sama-sama tanggung renteng risiko. Tidak kenal etos “kapok lombok” atau “tomat” usai tobat langsung kumat. Habis sembuh langsung kambuh.

Nasib anak bangsa nusantarra dipetakan dalam warna politik, selang lima tahunan. Pergulatan oknum kawanan parpolis untuk menjadi penguasa, sedemikan terperikan. Daya lokal hingga daya global, diberdayakan sampai menggusur kandungan komponen lokal. Tinggal wana, merek, logo, lambang partai yang masih orisinal, asli, tulen. Simbol moncong méncang-méncong, bukti meringankan adanya gerakan  omong-doang alias germo.

Solidaritas yang pasti-pasti. Sesama tetangga bisa terjadi pinjam garam. Atau berbagai beras untuk rakyat miskin. Kebijakan berbagi-pakai model multipartai. Ingat sejarah. Negara rakyat Indonesia menolak faham antara lain monarchi (kepala negara berketurunan). Jangan melupakan katanya, menurut cerita turun temurun. Anak cucu ideologis tak ada matinya.

Bumbung kosong pada pilkada serentak bukti lapuk dan busuk sistem politik dinasti. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar