népang lan nuthuk, yasan hastapada
Sinergitas kaki-tangan manusia, selaku
anggota badan. Tak selamanya sinkron. Filosofi turun tangan babak bundas
lebih mulia daripada berpangku tangan tertindas, terlindas, terlibas.
Kiranya, nabok nyilih tangané wong
édan. Memang orang gila bisa bebas dari jeratan pasal hukum positif
maupun sanksi hukum agama. Yang lebih gila lagi, justru pihak yang memanfaatkan
celah hukum orang gila.
Jangan-jangan, acara demi acara, adegan demi adegan,
atraksi demi atraksi sepertinya mengalir santai. Modus yang modis, pola dan
peta pergerakan sesuai SOP atau aturan main jagad raya. Nusantara sebagai jagad raya cilik, terkadang sebagai ajang
uji coba, sebagai tabung reaksi atau palagan adu domba. Memangnya ada
penyedia jasanya.
Rakyat sudah terbiasa makan dari hasil keringat sendiri.
Tidak mengharapkan fasilitas negara, maupun kemurahan hati penguasa. Tidak
membayangkan akan dapat pengampunan pajak wong miskin. Asap dapur tetap mengepul sehari sekali, kendil ora ngguling, sudah
merupakan nikmat hidup yang selalu disyukuri. Mangan ora mangan sing
penting ojo dicaplok wong liyo, menjadi semboyan hidup.
Tidak harus meniti, menapak dari anak tangga paling
bawah, dekat tanah. Tidak harus mulai dari ‘0’
(nol) karena warisan leluhur. Tidak harus merangkak tahap demi tahap. Kalau
bisa main salip dan saling libas, mengapa tidak. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar