melèk politik budek suara rakyat
Sejarah membuktikan, rakyat diam, bungam, senyap lebih
terdengar ketimbang ngocèh ngalor-ngidul. Beda kasus dengan kawan partai, mulai oknum ketua umum
sampai begundal. Kalau belum buka mulut sendiri, belum berkinerja namanya. Soal
esensi, kadar baik-bagus-benar-betul itu urusan lain.
Lawak politik subversi nusantara
sarat, padat, bernas mentertawakan tragedi pandir diri sejak dini. Tawa getir
politik masa lalu yang tak pernah berlalu. Pengalaman bangsa dengan tata moral
partai politik ahli makar, membuat bangsa ini menjadi pemaaf, pemaklum. Memberi
peluang dan kesempatan untuk mengulang bencana politik. Rékonsiliasi
diterjemahbebaskan menjadi persekutuan dalam perseteruan, perseteruan dalam
persekutuan. Perjanjian lama dengan setan politik teranyarkan sesuai babakan
sejarah.
Pihak yang diharapkan mengawal
jalannya prosesi suara rakyat, agar demokrasi kerakyatan berjalan dengan aman
dan damai, malah menjadi biang onar. Akibat dekat-dekat dengan meja penguasa.
Wajar, karena jabatan di dapat secara politis. Berkat masuk perhitungan atau
kalkulasi politik penguasa. Atau mereka yang mendapat berkah karena rajin
bertandang di balik pintu penguasa. Yang merupakan sumber dari segala sumber. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar