stimulus radikal limpahan suara, pupuk buatan vs pupuk bawang
Édukasi dedikasi politik kebangsaan
cap kursi terbang. Melayang bebas sanksi di panggung politik
nusantara, bebas kendali tanpa batas tata moral.
Dipastikan dengan kemungkinan
ketidakpastian. Indeks persepsi, sentimen pasar, nilai tukar presiden, bursa
saham atau efek, kurs tengah, angka harapan hidup maupun standar, skala
kediktatoran. NKRI wajib bersyukur lahir batin. Betapa ramah bangsa menjadi
tolok ukur ketahanan ideologi.
Daya jangkau belanja rakyat penyuka
nasi, doyan sego mben dino. Memantapkan filosofi, filsafat, falsafah hidup.
Pada beras tidak berlaku kebijakan satu barang satu harga. Tiap teritorial
punya panen beras. Beras mengenal status, klasifikasi berdasarkan kadar
kebangsawanannya. Kandungan lokal malah membuat harga anjlok.
Rumpun Melayu yang mendominasi bangsa Indonesia, masih
kentara, kental, nyata, jelas, kasat mata pada watak dasar yang suka dipuja,
hobi dipuji, gemar disanjung. Kelamaan tidak ada pihak yang memuja dirinya, maka ybs tanpa malu-malu memuji
dirinya. Hebatnya lagi, sudah ada loyalis yang mendapat kontrak mulia
sebagai juru sanjung. Antara penjilat dan penghujat, beda tipis.
Soal esensi, kadar baik-bagus-benar-betul demokrasi adalah ditentukan suara terbanyak. Secara
aklamasi, voting atau adu suara. Bukan sesuai ketentuan agama atau norma yang
berlaku di masyarakat.
Pihak lain, pengguna aktif informasi
digital. Bak menerobos waktu. Memanfaatkan celah momentum ramalan cuaca
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena daya cerna beda jauh dengan yang
rekam jejak bangkotan. Informasi sekelumit, sakndulit, seslilit diolah jadi
sebukit. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar