Halaman

Rabu, 04 Januari 2023

tumpuan semu, si pungguk merindukan kursi di bulan

tumpuan semu, si pungguk merindukan kursi di bulan 

Buaya dikadalin. Lebih nasionalisme kebangsaan, rakyat dikibuli mentah-mentah, ditipu hidup-hidup, diperdaya terang-terangan. Lebih daripada itu. Pelaku usaha ternyata. Muncul lima tahun sekali.  Hadir mendadak belakangan saat situasi dan kondisi sudah terkendali. Promosi gratis lewat aksi pariwara politik. Awak media digital, paham model pengkabaran.   

Date modified 1/5/2018 10:32 PM di personal laptop. Tersurat “komoditas tahun politik, harga cabai vs harga kursi”. Satu dari 189 judul yang menggunakan lema ‘kursi’.

Segitiga setan : harta, takhta, jelita. Menjadikan anak bangsa, putera puteri asli daerah, pribumi, sanggup melakukan apa saja untuk meraihnya, menadahnya atau saling berebut bak lomba panjat pinang. Modus, rekayasa sampai pasal konstitusional hasil kolaborasi, kolusi, koalisi, kong kaling kong, kompromi antara penguasa dan pengusaha menjadi daya dorong kebatinan.

Bagi kaum hawa, maka tetap ada incaran obyek vital : harta, harta, harta ditambah mahkota, takhta. Bersiteguh dengan fantasi “pokoké menang lan éntuk kursi (menèh)”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar