modal cang-kul (cangkem dan dengkul) gubah-rubah-ubah nasib diri
Kita harus bangga dan bersyukur, bahwa gaduh
politik antar penyelenggara negara tidak masuk kategori “hasutan-hasutan atau provokasi”.
Justru, gaduh politik menyebabkan investor asing enggan masuk Indonesia. Atau,
investor asing yang sudah bercokol malah hengkang. Investor politik 2014-2019
lanjut 2019-20024 kebal terhadap aturan politik dan hukum nusantara. Karena sesuai
adab bernusantara, ramah kebijakan dan
kepentingan global.
Diplomasi politik dalam negeri.
Kemasan janji kampaye, bukti dalil promosi-propaganda-provokasi. Terasa kian nyata
bahaya utama maupun bahaya samping dari penyalahgunaan bahasa. Bahasa
tutur, lisan, ucap,cuap, ujar maupun
bahasa tulis tangan, ketik, cap, cetak. Sedemikian keterbahayaannya, sehingga
mampu mempengaruhi, menentukan
kinerja otak yang berfungsi sebagai pusat kendali tubuh. Dampak ringannya fakta tersebut pada
seluruh tugas dan fungsi tubuh. Lengkap sudahlah lalu lintas suara nusantara
dijejali ujaran yang ramah dan gagah. Beda jika tatap muka dengan pihak asing
macam TKA, pengemplang pajak yang inap di negara lain, investor politik maupun
manusia ekonomi dari etnis bukan mata keranjang.
Demi atas nama jaga wibawa
negara, khususnya di dalam negeri. Jangan sampai terjadi pelecehan. Semisal, jabatan presiden di mata partai politik
pendukungnya hanya sebatas sebagai petugas partai. Maka karena kekuasaan
diraih dengan janji politik, maka ada
paket: bohong, bodoh bego. Berwujud ujaran kebohongan (dikenal dengan hoax),
ujaran kebodohan (bahasa politisnya asbun, nista diri garang-garing,
giring opini publik), ujaran kebegoan
(hobi mencari kambing hitam).
Barangsiapa minat kuat mempertahankan
kekuasaan yang sedang di tangan. Pakai rumus siapa yang menguasai media massa
akan bisa bebas bertindak. Tindak tulis maupun tindak tutur, atau tindak
ujaran. Ditunjang dengan laju kemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar