éfek transplantasi ideologi global lewat jalur parpol
Isomorfisme, difusi, transplantasi maupun model oplosan, polosan, kanibal,
gado-gado, daur ulang, koalisi semu.
Falsafah, filosofi, filasafat yang mendasari globalisasi
maupun lintas negara tanpa batas, adalah asimilasionisme.
Konsep dasar ini melegalkan yang kuat akan mendominasi yang lemah. Pas dengan
bunyi tak terulis hukum rimba belantara tak bertu(h)an politik
nusantara. Sistem multipartai sedehana mampu menyerap ideologi global dan
lintas negara.
“daur ulang pikiran para pemikir bangsa, bapak bangsa”. Tiap
zaman akibat perubahan zaman sebelumnya. Menghasilkan gaya penyelenggara negara
suka-suka. Babakan zaman reformasi, sejak bergulir dan mengucur deras dari
puncaknya, 21 Mei 1998. Kendali, pingitan, koordinasi, komunikasi searah,
pengawasan melekat selama kuasa Orde Baru. Akal politik anak bangsa nusantara
kian terkontaminasi jauh dari makna sila “persatuan Indonesia”.
Menghidupkan kembali nilai dan tafsir dasar negara, cukup
dengan mengisi ulang energi, emosi rakyat. Menjaga stabilitas dan daya tahan
rakyat. Kalau rakyat membludak nasib kurang beruntungnya, termarginalkan secara
sistematis, formal, menerus, sejarah akan berulang. Daur ulang dasar negara ke penguasa, penguasa bangkotan maupun penguasa
dadakan, jangan dengan dikipas-kipas. Malah semangkin besar kepala.
Antar penguasa jangan saling membuai. Jaga wibawa diri dengan memberi nafkah
kepada penjunjungnya, pengusungnya. Agar tak terjegal di tengah jalan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar