parpol tumpang sari mbokdé mukiyo, wajah tampang rias
Komplit plit. Plus slilit. Daripada menggalang kekuatan
dalam negeri dengan modus kompromi. Menganut asas sistem bagi hasil, pola ganti
untung, arisan kesempatan, sistem kompensasi,
sama rasa -sama rata. Tak melanggar pasal jika bekerja sama,
sama-sama bekerja dengan pihak asing, kekuatan asing. Walau diutamakan kandungan
kompenen lokal.
Tampang lokal sarat ideologi global.
Semenjak anak bangsa pribumi nusantara tahu, paham, kenal partai politik.
Émansipasi utawa persamaan hak antara kaum hawa, wanita, perempuan dengan kaum
pria, lelaki sudah sejajar, sederajat. Sama-sama punya hak duduk di kursi
penyelenggara negara. Kuota perempuan menjadi pasal dinamis. Peluang emas bukan
untuk anak emas saja.
Profil manusia politik nusantara, tampang kriminal vs
wajah sangar. Tak perlu dukungan data, fakta maupun bukti otentik, original.
Bukan asumsi historis. Agar tak salah penafsiran, coba simak media layar kaca
dan atau media cetak. Sampai tingkat petugas partai dengan segala gaya ujar dan
olah laku. Khususnya pada acara, adegan, atraksi siaran langsung diskusi,
dialog, debat.
Tampang inlander watak penjajah. Mirip cerita anak-anak
tanpa émbél-émbél. Bahwa nusantara merdeka dari penjajahan bangsa asing beralih
ke bangsa sendiri. Penjajahan berlapis, mulai skala global, regional, nasional,
lokal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar