Halaman

Kamis, 26 Januari 2023

wahyu kursi tiban vs wajah subversi baliho

wahyu kursi tiban vs wajah subversi baliho 

Bukan bentuk permainan anak-anak, dolanan bocah wingi sore. Petak umpet, gobak sodor. Atau hanya sekedar main tebak kalimat. Di kejadian nyata, rasanya sebagai hal wajar, kaprah, lumrah, lazim, umum. Konsekuensi logis kehidupan berbangsa dan bernegara di negara multipartai, multi bencana politik. Efek domino aksi politik bebas pasal.

Pesta demokrasi versi multinasional, sesuai skenario semiglobal. Panjat pinang rebutkan kursi RI-1 dan atau RI-2. Nasib calon wakil rakyat, kalah garang dengan aksi propaganda, promosi, provokasi jalur protocol. Ikuti jumlah suara tekek, hitung kancing baju atau sesuai urutan dalam keluarga. Bingung tanpa ujung. Sesuai tanggal kelahiran. Kebanyakan. Sesuai urutan bulan kelahiran. Pakai rumus jumlah angka tanggal kelahiran, sampai satu digit. Agar menapak, pakai ukuran sepatu atau sandal.

Belum berbuat apa-apa untuk negara, tetapi sudah mendapat apa-apa dari negara. Enak tenan. Model seperti ini yang dicari di negara multipartai. Rumusan politik berbasis ramuan ajaib revolusi mental berkelanjutan, menjadi pegangan hidup anak bangsa pribumi primitif. Maksud jelasnya, masuk bursa kawanan partai menjadi “ladang amal usaha duniawi”.

Filosofi wong Jawa bertutur santai “mendhem jero mikul dhuwur”. Diterjemahbebaskan, modal keringat orangtua, sigap terima rayuan, iming-iming, suap dari pihak manapun. Asal jelas kebagian kursi konstitusi.

Sekedar gugah ingatan,  paribasan “ati bengkong oleh oncong”. Jelas bahasa adalah hati bengkok mendapat jalan terang. Makna nyata perbuatan jahat mendapat dukungan secara tak sengaja. Tidak sengaja tapi berlanjut [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar