sengketa adab bernusantara > saling silang palang kata
Protokol kesehatan bersegera
pulihkan ekonomi rakyat yang sedang tiarap, merangkak. Kurva dan saraf plus syahwat politik terpacu terpicu pihakan
ambisi nyapres 2024. Utamakan kursi masa depan tidak bertu(h)an
ketimbang nasib 4 pilar rumah kita MPR RI. Urat malu politik sejak lahir sudah
tergantikan. Utamakan moral politik bangsa, kalau ada!
“antar pecundang saling libas”, date modified
12/29/2019 8:27 PM. Padahal kalau musuh negara datang menyerbu. Melihat kawanan loyalis penguasa malah iba hati. Pilih
mundur hemat harga diri. Naluri, nalar,
insting mereka berbisik, itu kawanan loyalis penguasa tak perlu ditewaskan, tak
layak diadu domba. Nanti juga
mati sendiri. Bilamana perlu, bagi-bagi kursi plus nasi bungkus atau sertifikat
layak hidup.
Satu kata bisa menentukan nasib satu
bangsa. Stimulus agresi pandemi covid-19 masuk babak akhir intervensi,
invasi, investasi. Kebijakan nasional bersifat dinamis ikut arahan tongkat
komando. Tiupan peluit panjang sebagai hal yang diharapkan memperbaiki kondisi.
Bincang, bicara soal etnis, tidak akan lepas dari pasal SARA. Makanya, sarapan menjadi wajib dalam pedoman gizi seimbang keluaran kementerian kesehatan. Lain halnya dengan ujaran BPIP, saradan atau kebiasaan hidup sehat dengan pola meja makan sesuai sila-sila daripada dasar negara multipartai. Salah ber-SARA bisa berkahir di pusara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar