Halaman

Minggu, 24 September 2017

wibawa negara tergantung hasil survei internasional



wibawa negara tergantung hasil survei internasional

Pemerintah Jokowi plus/minus JK, lebih percaya sekaligus mengandalkan nilai rapor yang dikeluarkan oleh sekolah internasional. Memang, negara ayau badan pemberi bantuan kepada Indonesia, dalam bentuk utang luar negeri utawa bantuan tidak gratis, bantuan mengikat dengan sederet kewajiban yang harus dilakukan, dipenuhi oleh NKRI.

Bantuan yang tidak gratis yang sejatinya justru kita yang menghidupi mereka.

Agar pemerintah berbaik sangka kepada mereka, maka dengan sanjungan politik, hati pemerintah menjadi lumer. Pemberi utang, sudah siap dengan skim utang berikutnya. Utang yang lama belum lunas, belum jatuh tempo, sudah ditawari utang pola baru, modus terkini.

Dengan perang urat syarat, maka posisi NKRI diangkat oleh negara dan/atau badan pemberi utangan, seolah-olah pemerintah atau penguasa memang layak, pantas, patut sebagai negara penerima utang. Dengan embel-embel prestasi pembangunan atau dengan kata lain pengunaan uang utang, telah tepat sasaran, pas manfaat dan sesuai skenario mereka.

Karakter dan watak dasar manusia politik, yang tak rela melihat orang lain lebih eksis, tentu akan melakukan modus beebagai pasal. Soal ada sentimen negatif rakyat terhadap kinerja penguasa, itu hanya dari segelintir oknum. Toh hasil pengendusan serta pewarta membuktikan sebaliknya. Bukan sekedar ala ABS zaman Orde Baru.

Sekarang ini yang diutamakan bagaimana investor politik merasa girang melihat kemajuan Nusantara. Bagaimana arahan mereka dilaksanakan tanpa pakai lama. Bagaimana manusia politik kepercayaan mereka telah bekerja dengan nilai rapor, minimal memuaskan. Jika terjadi seolah antara pihak yang memerintah dengan pihak yang diperintah, bak kutub berseberangan.

Reaksi pasar dunia menjadi patokan, bahwa NKRI masih eksis, berkibar dan layak diperhitungkan. Jangan sampai pemain lokal berani-berani main geser, gusur. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar