semakin jauh dari rakyat, Pancasila akan mrotoli,
mrètèli, mrutuli, mritili
Pancasila sebagai dasar
negera, ideologi nasional, rumusan sila-sila digali darim kehidupan nyata di
rakyat. Pancasila disiapkan untuk mengawali Proklamasi Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945.
Sejarah atau fakta
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat membuktikan, elemen rakyat,
komponen rakyat, strata masyarakat, klas sosial masyarakat yang daya
ideologinya di atas rata-rata rakyat, secara sistematis, nyata, terukur
Adalah UKP-PIP yang dibentuk berdasarkan
Perpres 54/2017 diharapkan mampu bekerja optimal mengimplementasikan nila-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini untuk pertama kalinya
sejak reformasi, ideologi Pancasila “diberi” rumah khusus untuk melakukan
program pembinaan. (Republika, Kamis, 8 Juni 2017).
Dikisahkan, wajar jika
rakyat yang daya ideologinya naik setingkat demi setingkat, maju setapak demi
setapak, terpaan godaan dunia akan semakin kencang. Gerakan yang menggoncang
kursi kekuasaan, menggoyang langkah catur politiknya, semakin intensif. Kesempatan
dan peluang meningkatakan citra diri, pesona diri, harga diri, wibawa semakin
terbuka luas. Bahkan tidak pakai lama, langsung ambil kesempatan pertama.
Ironis binti miris, jika
semakin jauh dari rakyat, Pancasila akan mengalami perubahan bentuk. Bersimbiose
mutulistis dengan asupan gizi skala internasional. Memang semua tergantung
pelakunya. Terlebih jika sang pelaku sudak pilih tanding. Sudah sejak dari sono-nya
mempunyai garis ideologi yang bisa diwariskan, turun temurun.
Rakyat sendiri, sejauh
ini tak memerlukan rumusan Pancasila yang begitu rinci, detail dan tampak
ideal. Tahunya rakyat, bahkan rakyat tidak tahu bahwa sejatinya mereka dalam
kesehariannya sedang mempraktikkan Pancasila. Walaupun tak hafal urutan sila
pertama sampai sila kelima Pancasila. Walau tak hafai lagu wajibnya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar