Halaman

Jumat, 08 September 2017

daftar tunggu calon presiden RI



daftar tunggu calon presiden RI

Ibadah, ritual ideologi kenapa bukan politik yang dipraktikkan putera-puteri bangsa terbaik, seolah dengan segala modu hanya untuk mengejar dan meraih nikmat dunia. Ternyata praduga kita salah kamar.

Justru mereka pikir, dengan kekuasaan di tangan  maka serta merta, otomatis akan mempunyai tiket terusan ke akhirat. Ujung-ujungnya berharap menjadi penghuni surga sesuai amal politiknya.

Semua amal politik pelakunya, tergantung niat. Tergantung nawaitu. Soal sukses dunia memang sebagai batu loncatan. Bukan sasaran utama atau target pertama.

Masih banyak pelaku politik yang menjadikan gerakan politik sebagai alternatif dakwah, menyebar risalah agama Islam. Itupun terkadang bukan jaminan walau parpolnya berlabel Islam. Karena aroma irama politik sudah mendominasi syahwat politik.

Wajar kalau ketua umum sebuah partai politik, sejatinya sudah merasa layak ikut pilpres. Tinggal bagaimana aturan mainnya. Tak terkecuali penguasa dengan jabatan skala nasional di jajaran sipil maupun kalangan militer layak tanding di pilpres.

Ihkwal di atas tidak mengabaikan bahwa jabatan kepala daerah, khususnya gubernur, tinggal selangkah lagi menuju jabatan kepala negara. Akan tetapi peraturan tidak menyuratkan maupun menyiratkan hal demikian.

Analog dengan syarat calon wakil rakyat pernah menjadi “wakil rakyat” skala lingkungan, skala tempat tinggal. Beberapa versi sinetron sudah menayangkan bergensinya jabatan Ketua RT. Petugas hansip, keamanan lingkungan juga mendapat porsi promosi. Walau ditayangkan dengan gaya banyolan.

Namun, modus gerakan politik sejak puncak prestasi reformasi, 21 Mei 1998, terbukti aneka adegan, acara, atraksi di luar jangkauan nalar, akal, logika politik manapun. Pendulum, dadu politik, catur politik Nusantara semakin mengkerucitkan, menciutkan syarat sebagai bakal calon presiden. Atau dibiarkan bebas sesuai permintaan pasar dalam dan keinginan pasar luar negeri.

Semakin banyak anak bangsa, putera-puteri asli daerah, orang dan/atau manusia Nusantara yang kebelet, ngebet maju selangkah masuk bursa atau nominator bakal calon presiden, sebagai bukti partai politik memakai sistem buka-tutup. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar