hoaks vs bangun dan bela negara
Zaman Orde Baru, corong pemerintah bernama menteri
penerangan memang tidak sekedar melaksanakan perintah jabatan. Menteri sebagai
pembantu presiden, memang tidak sekedar menerima order langsung dari presiden. Daya
imajinasi, fantasi, improvisasi akan sangat menunjang keberhasilannya berkoar,
berbual atau obral tindak tutur.
Ironis binti miris, di periode 2014-2019, presiden
merangkap jabatan sebagai tukang propaganda pro-pemerintah. Bantuan perpanjangan
mulut si Kantor Staf Presiden, maka disimpulkan tanpa hasil survei, kajian
akademis atau studi banding ke luar negeri. Disebutkan bahwa terdapat tiga hoaks
yang menjadi langganan presiden, yaitu anti-Islam, prokomunis, dan pro-Cina.
Rakyat masih ingat betapa bahwa "Blusukan
Tematik" Presiden ke tempat-tempat pelayanan publik, daerah terpencil,
daerah rawan konflik, daerah potensial, dan pulau terdepan sebagai penguatan
efektivitas komunikasi dan dialog langsung/blusukan untuk memberikan efek
kejutan bagi rakyat dan birokrasi bahwa presiden tetap hadir dalam setiap
persoalan mereka.
Di tengah buaian arus deras laju kemanfaatn teknologi
informasi dan komunikasi, selain adanya OTT KPK, membuat rakyat yang mana bak
melebihi supporter kesebelasan daerah kebanggannya.
Rakyat dikondisikan seperti ikut bermain, berhak ikut
menentukan jalannya pertandingan, sekaligus secara konstitusional berhal
menentukan hasila khir, skore akhir pertandingan. Soal siapa di atas kertas
dijagokan akan keluar sebagai pemenang tunggal, bukan masalah besar.
Akhirnya, pemerintah Jokowi plus/minus JK, kejebak,
kejerat oleh modus operandi yang dibangun sebagai penyeimbang kinerja atau
pengalih isu atas negara dengan multipilot.
Yang paling diuntungkan
adalah pihak yang ahli membuat keruh suasana. Dengan modal sebagai
korporasi penabur, penebar gosip nasfa setan, sambil mencitrakan diri. Seolah ybs
prihatin dengan nasib bangsa yan selalu muncul “musuh negara” vs “musuh rakyat”
dalam satu selimut.
Hebatnya lagi, telinga pengendusan pemerintah selalu tak
sinkron dengan mulut propaganda pemerintah. Semua saling berlomba seolah bukan
dalam satu kesatuan NKRI. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar