Halaman

Selasa, 12 September 2017

akankah sholat fardhu kita tidak berakhir salam




akankah sholat fardhu kita tidak berakhir salam

Kehidupan harian umat Islam, dimulai dari sepertiga malam terakhir. Batas waktu azan subuh, sebagai pertanda argo kesibukan dan urusan dunia mulai berdetak.

Kita pun sering merasakan betapa perlu energi positif untuk bisa bangun dan bangkit dari tempat tidur, ketika telinga menangkap gema azan subuh. Itupun masih terjadi proses penawaran. Tunggu suara azan terakhir atau azan selesai baru tentukan pilihan.

Sholat fardhu subuh yang 2 (dua) rokaat dan tidak ada sholat sunah bakdiyah sesudahnya, sebagai bukti kebesaran Allah dalam menetapkan jumlah rokaat.

Niat tegakkan sholat, lanjut dengan berwudhu. Semua ritual memenuhi panggilan Allah, dilakukan sesuai rukun dan adabnya. Sesuai sunah Rasulullah saw. Versi, varian gerakan fisik ibadah sholat, atau karena adanya mazhab, tinggal piliha kita. Semua ada dalil atau hadist shohehnya.

Setiap sholat fardhu, diakhiri dengan ucap salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Lanjut dengan dzikir, doa dan shalawat.

Kita tak pernah membayangkan, akibat rutinitas atau faktor lainnya. Begitu usai salam, apakah kita merasa tenang. Tenang sebagai dampak sholat dan/atau tenang siap dan meniatkan diri untuk sholat waktu berikutnya.

Kita mungkin pernah, di rokaat terakhir, seperti menahan kentut atau keinginan ke kamar kecil. Begitu salam kedua selesai, bergegas angin keluar atau bangkit menuju ke kamar kecil.

Bisa terjadi jelang ucap salam, tanpa sadar kita buang angina. Maka sholat kita otomatis batal. Wajib diulang. Berabenya kalau sholat berjamaah.

Dalam kehidupan ini, bahwa bagaimana kita nanti di akhirat, tergantung bagimana etape terakhir kita. Apakah bisa sampai garis finish “tanpa batal sholat”. Jelasnya, sejak awal sampai jelang garis finish, kita melakukan amal surga, melakukan ibadahnya ahli surga. Namun jelang garis finish, setan menggelincirkan kita.

Sebaliknya, orang yang secara harian tampak tak jauh dari perbuatan maksiat atau seolah sebagai calon ahli neraka. Kita tak bisa da tak berhak  menjustifikasikannya. Namun jelang akhir hayat, hidayah Allah turun. Atau ybs melakukan amalan surga dan tercatat saat sakratul maut.

Uraian di atas, bukan hanya sekedar misteri atau fenomena kehidupan. Banyak kisah yang terjadi, yang diriwayatkan.

Jadi, kita semakin mendapat pedoman hidup. Yang secara akal, nalar dan logika  kita mudah dicerna. Karena Islam tidak menyulitkan pemeluknya. [HaèN]



Kehidupan harian umat Islam, dimulai dari sepertiga malam terakhir. Batas waktu azan subuh, sebagai pertanda argo kesibukan dan urusan dunia mulai berdetak.

Kita pun sering merasakan betapa perlu energi positif untuk bisa bangun dan bangkit dari tempat tidur, ketika telinga menangkap gema azan subuh. Itupun masih terjadi proses penawaran. Tunggu suara azan terakhir atau azan selesai baru tentukan pilihan.

Sholat fardhu subuh yang 2 (rokaat) dan tidak ada sholat sunah, bakdiyah sesudahnya, sebagai bukti kebesaran Allah dalam menetapkan jumlah rokaat.

Niat tegakkan sholat, lanjut dengan berwudhu. Semua ritual memenuhi panggilan Allah, dilakukan sesuai rukun dan adabnya. Sesuai sunah Rasulullah saw. Versi, varian gerakan fisik ibadah sholat, atau karena adanya mazhab, tinggal piliha kita. Semua ada dalil atau hadist shohehnya.

Setiap sholat fardhu, diakhiri dengan ucap salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Lanjut dengan dzikir, doa dan shalawat.

Kita tak pernah membayangkan, akibat rutinitas atau faktor lainnya. Begitu usai salam, apakah kita merasa tenang. Tenang sebagai dampak sholat dan/atau tenang siap dan meniatkan diri untuk sholat waktu berikutnya.

Kita mungkin pernah, di rokaat terakhir, seperti menahan kentut atau keinginan ke kamar kecil. Begitu salam kedua selesai, bergegas angin keluar atau bangkit menuju ke kamar kecil.

Bisa terjadi jelang ucap salam, tanpa sadar kita buang angina. Maka sholat kita otomatis batal. Wajib diulang. Berabenya kalau sholat berjamaah.

Dalam kehidupan ini, bahwa bagaimana kita nanti di akhirat, tergantung bagimana etape terakhir kita. Apakah bisa sampai garis finish “tanpa batal sholat”. Jelasnya, sejak awal sampai jelang garis finish, kita melakukan amal surga, melakukan ibadahnya ahli surga. Namun jelang garis finish, setan menggelincirkan kita.

Sebaliknya, orang yang secara harian tampak tak jauh dari perbuatan maksiat atau seolah sebagai calon ahli neraka. Kita tak bisa da tak berhak  menjustifikasikannya. Namun jelang akhir hayat, hidayah Allah turun. Atau ybs melakukan amalan surga dan tercatat saat sakratul maut.

Uraian di atas, bukan hanya sekedar misteri atau fenomena kehidupan. Banyak kisah yang terjadi, yang diriwayatkan.   

Jadi, kita semakin mendapat pedoman hidup. Yang secara akal, nalar dan logika  kita mudah dicerna. Karena Islam tidak menyulitkan pemeluknya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar