akankah sholat fardhu kita tidak berakhir salam
Kehidupan harian umat
Islam, dimulai dari sepertiga malam terakhir. Batas waktu azan subuh, sebagai pertanda argo kesibukan dan urusan dunia mulai
berdetak.
Kita pun sering
merasakan betapa perlu energi positif untuk bisa bangun dan bangkit dari tempat
tidur, ketika telinga menangkap gema azan subuh. Itupun masih terjadi proses
penawaran. Tunggu suara azan terakhir atau azan selesai baru tentukan pilihan.
Sholat fardhu subuh yang
2 (dua) rokaat dan tidak ada sholat sunah bakdiyah sesudahnya, sebagai bukti
kebesaran Allah dalam menetapkan jumlah rokaat.
Niat tegakkan sholat,
lanjut dengan berwudhu. Semua ritual memenuhi panggilan Allah, dilakukan sesuai
rukun dan adabnya. Sesuai sunah Rasulullah saw. Versi, varian gerakan fisik
ibadah sholat, atau karena adanya mazhab, tinggal piliha kita. Semua ada dalil
atau hadist shohehnya.
Setiap sholat fardhu,
diakhiri dengan ucap salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Lanjut dengan
dzikir, doa dan shalawat.
Kita tak pernah
membayangkan, akibat rutinitas atau faktor lainnya. Begitu usai salam, apakah
kita merasa tenang. Tenang sebagai dampak sholat dan/atau tenang siap dan meniatkan
diri untuk sholat waktu berikutnya.
Kita mungkin pernah, di
rokaat terakhir, seperti menahan kentut atau keinginan ke kamar kecil. Begitu salam
kedua selesai, bergegas angin keluar atau bangkit menuju ke kamar kecil.
Bisa terjadi jelang ucap
salam, tanpa sadar kita buang angina. Maka sholat kita otomatis batal. Wajib diulang.
Berabenya kalau sholat berjamaah.
Dalam kehidupan ini,
bahwa bagaimana kita nanti di akhirat, tergantung bagimana etape terakhir kita.
Apakah bisa sampai garis finish “tanpa batal sholat”. Jelasnya, sejak awal
sampai jelang garis finish, kita melakukan amal surga, melakukan ibadahnya ahli
surga. Namun jelang garis finish, setan menggelincirkan kita.
Sebaliknya, orang yang
secara harian tampak tak jauh dari perbuatan maksiat atau seolah sebagai calon
ahli neraka. Kita tak bisa da tak berhak
menjustifikasikannya. Namun jelang akhir hayat, hidayah Allah turun. Atau
ybs melakukan amalan surga dan tercatat saat sakratul maut.
Uraian di atas, bukan
hanya sekedar misteri atau fenomena kehidupan. Banyak kisah yang terjadi, yang
diriwayatkan.
Jadi, kita semakin
mendapat pedoman hidup. Yang secara akal, nalar dan logika kita mudah dicerna. Karena Islam tidak
menyulitkan pemeluknya. [HaèN]
Kehidupan harian umat
Islam, dimulai dari sepertiga malam terakhir. Batas waktu azan subuh, sebagai pertanda argo kesibukan dan urusan dunia mulai
berdetak.
Kita pun sering
merasakan betapa perlu energi positif untuk bisa bangun dan bangkit dari tempat
tidur, ketika telinga menangkap gema azan subuh. Itupun masih terjadi proses
penawaran. Tunggu suara azan terakhir atau azan selesai baru tentukan pilihan.
Sholat fardhu subuh yang
2 (rokaat) dan tidak ada sholat sunah, bakdiyah sesudahnya, sebagai bukti
kebesaran Allah dalam menetapkan jumlah rokaat.
Niat tegakkan sholat,
lanjut dengan berwudhu. Semua ritual memenuhi panggilan Allah, dilakukan sesuai
rukun dan adabnya. Sesuai sunah Rasulullah saw. Versi, varian gerakan fisik
ibadah sholat, atau karena adanya mazhab, tinggal piliha kita. Semua ada dalil
atau hadist shohehnya.
Setiap sholat fardhu,
diakhiri dengan ucap salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Lanjut dengan
dzikir, doa dan shalawat.
Kita tak pernah
membayangkan, akibat rutinitas atau faktor lainnya. Begitu usai salam, apakah
kita merasa tenang. Tenang sebagai dampak sholat dan/atau tenang siap dan meniatkan
diri untuk sholat waktu berikutnya.
Kita mungkin pernah, di
rokaat terakhir, seperti menahan kentut atau keinginan ke kamar kecil. Begitu salam
kedua selesai, bergegas angin keluar atau bangkit menuju ke kamar kecil.
Bisa terjadi jelang ucap
salam, tanpa sadar kita buang angina. Maka sholat kita otomatis batal. Wajib diulang.
Berabenya kalau sholat berjamaah.
Dalam kehidupan ini,
bahwa bagaimana kita nanti di akhirat, tergantung bagimana etape terakhir kita.
Apakah bisa sampai garis finish “tanpa batal sholat”. Jelasnya, sejak awal
sampai jelang garis finish, kita melakukan amal surga, melakukan ibadahnya ahli
surga. Namun jelang garis finish, setan menggelincirkan kita.
Sebaliknya, orang yang
secara harian tampak tak jauh dari perbuatan maksiat atau seolah sebagai calon
ahli neraka. Kita tak bisa da tak berhak
menjustifikasikannya. Namun jelang akhir hayat, hidayah Allah turun. Atau
ybs melakukan amalan surga dan tercatat saat sakratul maut.
Uraian di atas, bukan
hanya sekedar misteri atau fenomena kehidupan. Banyak kisah yang terjadi, yang
diriwayatkan.
Jadi, kita semakin
mendapat pedoman hidup. Yang secara akal, nalar dan logika kita mudah dicerna. Karena Islam tidak
menyulitkan pemeluknya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar