Halaman

Jumat, 22 September 2017

September, klimaks kelainan jiwa ideologi putera-puteri terbaik bangsa



September, klimaks kelainan jiwa ideologi putera-puteri terbaik bangsa

Kita bersyukur, karena masih ada bangsa dan rakyat NKRI, secara konsekuen dan konsisten tetap mempraktikkan sila-sila Pancasila.

Siapa sajakah mereka? Dari kader parpol penguasa, anggota luar biasa parpol peserta aktif pesta demokrasi, atau simpatisan, relawan, pengambil kesempatan dan manfaat parpol dadakan lahir jelang pesta demokrasi.

Sejarah membuktikan, betapa sejarah hitam Nusantara dengan September 1948 dan September 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kudeta berdarah, makar makan korban, penggunaan aksi kekerasan bersenjata, menusuk NKRI dari dalam maupun fakta lainnya. Ironis binti mirisnya, dalang, biang kerok, pemasok modal, investor politik tetap dari sebuah negara yang paling bersahabat.

Bangsa dan rakyat yang mengalami peristiwa tersebut, khususnya bagi yang orangtuanya, anggota keluarga menjadi korban kebiadaban PKI, tak akan melupakan peristiwa terkutuk tsb. Bahkan yang menjadi korban langsung, atau menjadi saksi hidup, tak akan mudah menghapus rekaman sejarah diri dan tanah air.

Perjalanan sejarah bangsa, menorehkan fakta bahwa ideologi tak ada matinya dan tak mengenal kata kapok. Tak ada kamus mengakui keunggulan lawan. yang ada hanya merasa dizalimi hingga sampai kalah angka. Maksudnya, anak cucu ideologis PKI tetap gentayangan. Tidak perlu membentuk parpol. Cukup menumpang hidup, bak benalu atau parasite, pada tubuh parpol. 

Efek éra mégatéga, kebiadaban PKI yang menjelma menjadi aksi kebrutalan, tindak keberingasan seolah menjadi konstitusional. Sebut saja, kejamnya langkah catur politik Nusantara, lebih sadis daripada tirani ibukota negara dengan kasus penistaan agama. Diperkuat, modus penguasa yang katanya sebagai pengayom dan pengayem rakyat, lebih kesetanan daripada taktik adudomba colonial Belanda. Stigma ekstremis, inlander, pejoeang, kaum republik, kowe wong goblog yang dipakai oleh penjajah, dimodifikasi oleh pemerintah periode 2014-2019. Agar wibawa negara tetap terjaga, muncul modus gerakan nyata aksi korporasi pengganda isu dan gosip nafas setan. Korporasi penabur, penebar fitnah dunia dengan biaya tak teranggarkan. Non budgeter. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar