Halaman

Senin, 11 September 2017

parpol merangkap korporasi pengganda gosip nafas setan



parpol merangkap korporasi pengganda gosip nafas setan


Nilai religuisitas suatu daerah tidak menjamin penduduknya saat mendirikan sebuah partai polilitik akan mengusung nafas agama. Tragis binti miris, mendirikan partai politik tanpa landasan ideologi yang benar dan baik.  Orientasi politiknya hanya sekedar mengejar kekuasaan.

Biaya politik tidak jadi masalah besar. Dari kantong sendiri atau bersumber dari kantong pihak lain. Usaha politik sebagai usaha sampingan, usaha pelengkap dari berbagai usaha yang sudah digeluti, ditekuni.

Belajar dari penguasa Orde Baru, kalau ingin eksis dan tetap eksis sebagai presiden harus mempunyai kendaraan politik. Soal berapa tahun umur teknis, daya tamping, daya dukung dan daya jelajah masih bisa dikompromikan. Masih bisa tambal sulap, pakai sistem buka tutup.

Karena modus dan tampilan oknum ketua umum, yang bebas dengan corong maupun congornya – ini bahasa apa mbah? – menjadikan apa pu bisa terjadi. Soal bebar dan baik, asal konstitusional maka otomatis sah secara hukum.

 Politikus atau tukang jual obat, nyaris tak ada bedanya soal bertindak tutur. Ekspresi yang menghiba-hiba atas nasib bangsa. Merasa kalau dia diberi wewenang mengurus bangsa, pasti akan dilakukan secara total.

Jangan lupa, justru gaya oknum ketua umum, maka sontak para pengikutnya banyak yang bermodus sama.

Barisan pecundang, penghujat sekaligus meangkap sebagai penjilat, siap dengan segala cara. Tak peduli jika bangsa akan menjadi korban sia-sia. Tak terbayang betapa sebuah partai politik semacam ini  merupakan sisi lain dari aksi nyata korporasi penabur dan penebar fitnah dunia, gosip nafas setan, ahli pengganda sekaligus memanipulasi berita, perekayasa indormasi yang seolah hidupnya di atas angin.

Memang, hukum politik lebih dominan daripada hukum positif maupun norma yang berlaku di NKRI. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar