Halaman

Kamis, 21 September 2017

hoaks vs kaca benggala penguasa



hoaks vs kaca benggala penguasa

Rakyat masih ingat betapa bahwa "Blusukan Tematik" Presiden ke tempat-tempat pelayanan publik, daerah terpencil, daerah rawan konflik, daerah potensial, dan pulau terdepan sebagai penguatan efektivitas komunikasi dan dialog langsung/blusukan untuk memberikan efek kejutan bagi rakyat dan birokrasi bahwa presiden tetap hadir dalam setiap persoalan mereka.

Bukti lain daya juang ideologi sang presiden, adalah melakukan secara menerus acara kenegaraan, tanpa protokler, adalah pasang mata telingan atas berita bohong utawa hoax alias hoaks. Semua dilakukan secara mandiri, swadaya, berdikari. Tidak mengandalkan tukang endus informasi atau corong resmi pemerintah.

Semua ujaran berbasis ujaran kebencian menjadi fokus utama. Didramatisir dengan kasus pasal hina presiden vs pasal presiden hina. Tak ada hubungan historis dengan presiden sebagai petugas partai. Sambil sidang kabinet, hasil pelacakan dipaparkan dengan gamblang, lengkap, terperinci sedemikian rupa sehingga seolah menjadi agenda utama negara untuk membasminya.

Jangan lupa, semua skenari dipaparkan dengan “udang di balik batu”-nya, presiden yang beum jatuh tempo saja jadi sasaran nyata gerakan aksi korporasi penabur, penebar gosip nafas setan. Apalagi, pihak yang mau coba-coba menyaingi di pemilu serentak 2019. Ora main pak lik/mbok dé.

Olahkata ini malah mbladrah. Memangnya scenario penguasa tak bisa ditebak dengan cara sederhana. Tidak perlu dibuktikan secara yuridis formal, lha wong fakta ceta wéla-wéla. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar