Halaman

Senin, 04 September 2017

modus demokrasi dan kebebasan blusukan tindak tutur



modus demokrasi dan kebebasan blusukan tindak tutur

Rumusan tentang demokrasi yang berlaku di Indonesia, sangat dinamis dan kondisional. Tergantung pihak yang menterjemahkan sekaligus mempraktikannya.

Tidak ada batasan baik dan buruk maupun skala benar dan salah. Bahkan tiap individu penduduk bebas membuat terjemahan bebasnya. Sesuai pengalaman hidup. Berdasar angan-angan. Atau yang bersifat spontan, dadakan,  atau kagetan.

Ibarat tersangka yang diwawancarai tukang ganda berita, malah pamer bego. Inilah demokrasi ala Indonesia, pihak terpidana bisa tampil sebagai nara sumber.

Perjalanan nasib demokrasi yang berbagai versi, jelmaan, pengejawantahan, sublimasi serta terkontaminasi aneka warna ideologi lokal.

Terkadang, demokrasi belum matang sudah langsung jadi landasan konstitusional oleh para pemenang pesta demokrasi. demokrasi lokal memang mendukung keberlangsungan dinasti politik. Disinilah tantangan nyata dari perwujudan demokrasi nasional. Memang secara de jure dan de facto Indonesia mengenal adanya partai politik lokal.

Demokrasi Indonesia memang akumulasi dari demokrasi lokal.

Salah satu cabang atau wujud nyata demokrasi adalah kebebasan berekspresi. Berkreasi dengan kata lisan maupun wujud kata tertulis. Ditunjang kemanfaatan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Terjadi fenomena, semakin dekat jarak maka sarana sms malah tidak efektif. Malah membutuhkan dan memakan waktu, diluar nalar, logika dan akal paling sederhana sekalipun.

Masalah mendasar, tindak tutur, seolah keluar dari mulut atau hasil olah tangan manusia secara otomatis. Tanpa proses di hati. Seperti kata bijak, bahwa penebar dan penabur tutur kata maupun olahkata mengandung nilai-nilai kefasikan, akan merasa puas jika ada korbannya.

Hebatnya lagi, pihak penabur dan penebar bibit perpecahan bukan perbuatan orang iseng. Tapi sudah hasil rekayasa sosial korporasi. Utamanya dari pemodal raksasa, yang menjaga stabilitas politik sesuai skenarionya.

Di sela-sela modus besar ini memang membuka peluang bisnis bagi pihak yang gemar memperkeruh suasana. Mereka mengambil keuntungan dari dua koalisi parpol yang sedang berseteru.

Mereka bak benalu, parasit yang menempel pada sistem pemerintahan yang sedang berjalan. Atau bagian nyata dari pemerintahan bayangan. Entahlah. Beda dengan petani tanam padi, tumbuh subur ilalang. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar