gosip nafas setan vs ambisi pahlawan kesiangan
Di periode 2014-2019, aroma irama syahwat politik
berbasis mégatéga sudah sampai ambangnya. Ambang bawah bagi daya juang ideologi
yang semakin abu-abu, samar dan tidak jelas orientasinya. Ambang atas, karena
semakin tinggi daya fantasi, imajinasi putera-puteri bangsa yang hidup sebagai
manusia politik.
Keberuntungan masih berpihak pada penguasa, karena
stok “kambing hitam” masih aman, terkendali sampai akhir periode Jokowi-JK.
Kuota masih menjajnjikan. Khusus untuk masalah bangsa ini, pemerintah tak akan impor “kambing hitam” dari
negara lain.
Sudah kehendak dan suratan zaman, maka seolah ada
pihak yang berperan sebagai peduli nasib dan masa depan bangsa. Mereka memang
diagendakan bersuara, sebagai penonton super aktif yang melebihi yang pernah
ada. Mempunyai seperangkat hak konstitusional untuk menentukan hasil laga dan
skore akhir.
Bursa efek domino ini bak argo kuda liar. Radar
para agen atau spion, nyaris lembur siang malam. Ibarat suara jarum tetangga
jatuh, terdeteksi sejak dini. Pergerakan dari sosok atau kelompok yang
potensial sebagai lawan atau pihak yang berseberangan, sudah dilacak sejak
sebelum terjadi.
Pembagian tugas yang sinergis, proaktif,
antisipatif antara kaki dan tangan individu, perorangan, personal sudah tidak
kompak lagi. Bahkan wewenang tangan kanan dengan tangan kiri, malah menimbulkan
iri hati, dengki dan konflik jam-jaman. Belum lagi, telinga kanan dengan
telinga kiri, seolah sudah ada pembagian kerja yang jelas. Kuping kanan
menguping berita benar dan baik. Teliga kiri mengendus berita sebaliknya.
Bagaimana kinerja anggota tubuh yang lain, belum
ada laporam resmi dari panitia angket pelemahan diri sendiri. Soal skenario siapa
“kambing hitam” berikutnya, sudah terpetakan secara regular, dinamis dan
terbuka sebagai bahan siding terbuka.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar