karir penguasa
berbanding lurus dengan lupa Pancasila
Wajar jika kawanan geng motor, semakin banyak maka akan
semakin brutal, ganas, dan berani mati. Pola kerja secara padat karya, gotong
royong diharapkan akan mempercepat
proses waktu perkerjaan.
Pada acara pesta
pernikahan, jika yang diundang pasangan suami isteri, ternyata datang dengan
membawa anaknya. Maka dipastikan hidangan akan cepat ludes sebelum acara
selesai.
Tak ada hubungannya dengan jabatan sebagai pucuk
pimpinan. Katakan, contoh sederhananya adalah presiden, kepala pemerintahan,
kepala negara atau sebutan formal lainnya. Syarat administrasi, syarat teknis
atau segala bentuk syarat formal, dipastikan yang merasa layak tidak mau antri.
Kasus lain, jika kendaraan semakin dipacu, melaju cepat,
maka waktu tempuh dirasa lebih cepat. Dibanding dengan laju kendaraan yang
standar atau sesuai rambu-rambu lalu lintas.
Hukum fisika digabung matematika, akan mengatakan jika
seseorang semakin tinggi posisinya, maka akan ada yang ditinggalkan,
ditanggalkan. Secara horizontal, semakin jauh jarak tempuh, juga ada sesuatu
yang dilampaui dan sekaligus dilupakan.
Jadi, dengan semakin tinggi, semakin jauh, maka akan ada hal
yang mendasar yang akan dilupakan. Semacam waktu yang sudah kita pakai, tak
akan kembali lagi. Tinggal pakai waktu yang ada di depan mata.
Bukan kebetulan kalau Pancasila sebagai dasar negara,
maka jika seseorang sudah mabuk jabatan, maka seolah-olah Pancasila sudah jauh
dari mata. Jauh dari kehidupan sehari-hari.
Pancasila semangkin ditinggalkan, semangkin ditanggalkan di
landasan, demi menjaga keseimbangan, kestabilan kekuasaan. Mau tak mau akan
melirik ke segala penjuru. Membntuk sekutu. Atau malah mencari sandaran,
cantolan agar tampak kokoh. Tampak wibawa negara menjadi nyata, terukur dan
bisa tepuk jidat.
Diam saja sudah banyak yang merayu. Diajak bermitra. Padahal
mitra dari negara paling bersahabat yang menjadi alat pendongkrak martabatnya. Terjadilah
barter politik. Biaya politik sudah ada investor politik. Opo tumon. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar