Halaman

Rabu, 27 September 2017

karakter ideologi Pancasila penguasa, bak wayang kulit tanpa gapit



karakter ideologi Pancasila penguasa, bak wayang kulit tanpa gapit

Para penyuka wayang kulit, bisa membayangkan betapa lunglainya jika tanpa gapit. Beda karakter dengan wayang golek, kalau tidak dirogoh dari bawah “tidak bisa hidup”. Jangan bandingkan dengan boneka tali, yang bergantung pada beberapa utas tali dan bisa “bermain” tergantung kebijakan sang beberapa dalang.

Penonton belum lupa jika putera-puteri terbaik bangsa, semakin berkuasa akan berbanding lurus dengan redupnya praktik Pancasila. Semakin tinggi jabatan, maka Pancasila bertahan di jiwa raga, hanya sebatas dengan sisa akar yang ada. Sedangkan terpaan nikmat dunia semakin kencang, laju dan nyaris setiap saat. Asas taat, patut, loyal semakin mengemuka.,

Pekerjaan Rumah terbesar detasemen spesialis anti korupsi Bhayangkara, yang akan buka praktik mulai 2018, adalah cuci tangan, bersih-bersih diri, mandi kembang 7 warna, 7 rupa, masak jenang abang, cuci gudang dan vermak habis-habisan sistem hukum pidana dan/atau perdata.

Bisa terjadi sampai akhir periode 2014-2019 NKRI akan kehabisan stok wayang kulit. Minimal, segala perwatakan wayang kulit sudah tidak memasok kebutuhan manusia sebagai wayang politik. Muncul berbagai jenis dan tingkat karakter yang belum pernah ada sebelumnya. Terindikasi sebagai perpaduan, kombinasi, gabungan atau resultan atau sinerjinya.

Akhirnya, secara horizontal, sesama petugas partai hanya tunggu nasib, tunggu bola liar. Semakin mendapat arahan berbasis asas komunikasi, koordinasi, komando, kendali atau sejenis, di satu sistem, maka ke bawah akan semakin beringas.

Hak konstitusional rakyat, penduduk yang ber KTP-el, sudah bisa direkayasa, dimanipulasi atas nama demokrasi. Bukan berarti ada boneka robot. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar