SMS menyusahkan diri untuk jarak dekat dan pada
orang dekat
Memang budaya
putera-puteri terbaik di NKR adalah dengan cerdas menerima kehadiran teknologi
teranyar. Bahkan bisa dibilang bangsa Indonesia sebagai pangsa pasar pengguna
potensial. Yang namanya produk asing atau berlabel bahasa asing, dianggap akan
mendongkrak eksistensinya sebagai penghuni negara maju. Majunya Indonesia dibanding
masa lampau, disanding periode sebelumnya maupun ditanding antar kampung.
Namanya jarak, waktu
sudah bukan masalah utama dalam berkomunikasi. Masalah sebenarnya adalah
hilangnya rasa ikatan batin. Terbentuklah ikatan batin artifisial.
Konektivitas sesama pengguna
alat komunikasi berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), lebih ke arah
pemanfaatan hubungan kerja. Mereka terjebak dalam dunia kerja yang nyaris
menjadi jam kantor selama 24 jam.
Ironis binti miris,
kepekaan, pedulian, daya tanggap sosial oknum pengguna SMS semakin redup,
susut, surut. Muncul kepekaan baru. Mereka tanggap jika SMS yang masuk dari
atasan langsung. Atau mitra kerja dalam jejaring lintas institusi.
Di perjalanan pulang,
enerji masin berkutat sekitar beban kerja. Pikiran diajak diskusi untuk memilih
dan memilah jalan ke depan yang seolah banyak pesaing. Ikatan emosi hanya
sesaat. Mereka bersifat luwes, dinamis sekaligus mengembangkan watak diri yang
anti kemapananan.
Merasa masa depan bisa
diprakirakan dengan bantuan kecanggihan TIK. Ada baiknya, sudah mulai merintis
dan menyiapkan babakan pasca pensiun. Bagi yangmengenal batas usia pensiun.
Efek dominonya,
komunikasi dengan Allah Maha Pencipta memakai bahasa manusia. Berdasarkan pasal
hukum buatan manusia. Langkah ibadah sesuai rukun atau adab buatan manusia. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar