Halaman

Kamis, 28 September 2017

Karena Kita Lebih Bangga Sukses Pesta Demokrasi Daripada Sukses Praktik Demokrasi



Karena Kita Lebih Bangga Sukses Pesta Demokrasi Daripada Sukses Praktik Demokrasi

Karena tradisi, adat istiadat, kearifan dan kecerdasan lokal, budaya setempat atau akibat tuntutan lingkungan, permintaan pasar lokal, gaya hidup prestis ketimbang prestasi, pola makan, gengsi sarat aksi, gaul yang bikin amburadul dan seterusnya, dan sebagainya.

Katakana saja sejujurnya, bahwa praktik résépsi dengan segala macam penyebab utamanya, latar belakang dan tujuan sebenarnya. Akhirnya perhelatan résépsi dengan berbagai level, strata maupun kasta menjadi karakter dan watak dasar suku bangsa, rasa tau etnis yang ada di Nusantara. Berjalan sejak zaman penjajahan VOC/Belanda. Ada yang tetap dilakukan sesuai pakemnya. Sisanya ada yang mengikuti arus zaman.

Soal biaya résépsi, menjadi tanggung jawab keluarga atau masyarakat yang punya hajat, yang unduh acara, yang punya gawé. Tiap daerah, tiap suku bangsa mempunyai kekhasan, keunikan dalam menyelenggarakan, mengekspresikan rasa bangga sebagai putera-puteri daerah terbaik. Mampu menjunjung tinggi budaya leluhur yang luhur.

Berbagai kisah dan kejadian pasca résépsi. Semua terkait dengan pengadaan sumber biaya, pemanfaatan sumber dana. Ada yang besar pasak daripada tiang. Prinsip utama adalah biar resési yang penting tetap résépsi. Laku menguras tabungan sampai menjual harta benda atau versi lainnya yang tabu diungkap, mejadi keharusan.

Apa saja peristiwa, kejadian yang harus dirayakan sehingga sedemikian membutuhkan, menyerap dukungan modal, waktu dan tenaga.

Dampak, efek domino apa saja yang akan terjadi pasca asas biar  “resési yang penting tetap résépsi”. Apakah meninggalkan hutang. Apakah harta benda ludes terjual. Apakah menjadi turun strata ekonomi atau kasus lain yang selalu terjadi.

Sebagai contoh, walau hanya bahan cerita tentang ihkhwal lingkungan. Di sekitar tempat tinggal penulis, masih ada lingkungan suku bangsa, ras, etnis tertentu. Singkat cerita, pasca hajatan menikahkan anak perempuannya, maka sang ortu kontrak di bekas rumah tinggalnya. Karena rumah tinggalnya dijual kepada seseorang, dijadikan modal résépsi. Akhirnya pasca résépsi, rumah sudah ganti pemilik. Sudah tidak punya tempat tinggal. Status tinggal sebagai pengkontrak di bekas milik rumah tinggalnya. Runyam.

Bayangkan apa jadinya jika bangsa ini melakukan pesta demokrasi, résépsi demokrasi. Seberapa kecil biaya politik yang sedemikan cepat terserap. Mengalahkan penyerapan APBN.APBD maupun ULN atau bantuan mengikat lainnya. Apa saja dampak negatifnya, egek domino bagi yang memang maupun khususnya bagi pihak yang kalah suara.

Secara nasional pada pemilu 2014, dimana yang mana hasil pemilu legislatif dan pilpres, membuktikan bahwa ada pihak yang tidak siap menang. Mungkin karena selama dua periode sebelumnya, 2004-2009 dqn 2009-2014 hanya meratapi nasib. Merasa dizalimi. Lupa pengkaderan, sibuk bangun citra diri, pesona diri. Sibuk tebar dan cari dukungan dari tangan-tangan asing tetapi sudah buka cabang di tanah air. Efek éra mégatéga, jabatan presiden bukan jabatan kenegaraan, tetapi sekedar jabatan petugas partai. Tak terhitung efek domino dari politik transaksional. Pertarungan balas jasa, balas budi vs balas dendam.

Jadi, jika ada kepala daerah aktif sedang jatuh sial, terkena OTT KPK. Atau wakil rakyat di daerah ataupun nasional, tersandung pasal korupsi atau pasal pidana lainnya. Tepatnya, seolah jalannya demokrasi menjadi terganggu oleh orang dalam. Penguasa tanggap dengan mendirikan detasemen spesialis Bhayangkara antikorupsi yang siap praktik awal 2018.

Di sisi lain, penguasa yang bijak sudah siap dengan seperangkat kebijakan untuk mencegah tangkal aksi gerakan senyap tapi nyata separatis ideologi. Artinya, wabah dinasti politik yang menyuburkan korupsi lokal atau membentuk pemerintah bayangan, tidak bisa dipidana. Karena merupakan efek domino negara multipartai. Semua laku dilakukan sesuai asas konstitusi. Katakan, korupsi menjadi bagian integral dari kebijakan partai. Korupsi menjadi produk sampingan negara multipartai. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar