Halaman

Rabu, 13 September 2017

barangsiapa dengan sengaja berikhtiar berada di sisi-Nya sejak dini



barangsiapa dengan sengaja berikhtiar berada di sisi-Nya sejak dini

Setiap mendengar berita duka dari pelantang suara masjid sekitar tempat tinggal, umat Islam berucap kalimat istirja’ yang berbunyi “inna lillahi wa inna illahi raji’un”. kalimat tersebut mempunyai arti “Sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali”. Maksudnya bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah milik dan ciptaan Allah, maka kelak semuanya akan kembali kepada yang menciptakan dan yang memiliki yakni Allah swt. Secara umum, selain siapa yang wafat, yang kita simak utama adalah pada umur berapa.

Setiap kita ikut melayat, mengantar jenazah sampai mendoakan umat yang sudah meninggal, selalu diikuti dengan doa dan harapan “semoga almarhum / almarhumah diterima di sisi-Nya”. Seolah redaksi baku ini sudah menjadi tradisi antar generasi.

Padahal, setiap umat Islam yang selama hidup di dunia, yang melaksanakan semua perintah-Nya dengan benar dan baik sekaligus mejauhi segala larangan-Nya dengan total, sejatinya sebagai rangkaian dan tindak nyata agar dekat dengan-Nya. Walau kita tak bisa melihat Allah swt, tetapi hati kecil kita yakin penuh bahwa Allah memperhatikan kita.

Segala bentuk ibadah, dengan tolok ukur sholat fardhu 5 waktu, yang ditegakkan di awal waktu atau tepat waktu – dalam kondisi tertentu bisa dijamak – agar kita mendapat kasih sayang-Nya. Memperoleh petunjuk-Nya. Menerima taufik hidayah-Nya. Menampung ridho-Nya.

Selain kita berharap di bawah pengawasan, kendali, kontrol  langsung Allah swt, juga berharap selalu dekat dengan-Nya. Dengan kita selalu ingat Allah swt, dalam keadaan apapun, di mana pun. Kita selalu meghadirkan disetiap detak jantung kita. Disetiap detik waktu yang selalu berlalu.

Bahkan kita merasa tak sanggup untuk berbuat apapun tanpa campur tangan-Nya. Bernafas pun kalau tidak dengan ijin-Nya maka akan menyengsarakan diri kita.

Kita merasa bahwa  jiwa kita berada digenggaman-Nya.

Kita sejak masih dalam skenario dan daya juang kedua orang tua, sudah diajak dekat-dekat dengan Allah. Ketika kita aqil balik, ketika hukum Allah sudah berlaku, maka prosesi pendekatan kepada Allah semakin nyata.

Jadi ketika Allah memanggil kita, justru kita bisa semakin dekat dengan-Nya. Bisa bertemu dan menatap wajah-Nya.

Aamiin YRA. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar