hati dag-dig-dug vs jiwa politik byar-pet
Menu cepat saji di jenis
rumah makan tertentu, ternyata dalam praktik masih kalah jauh dengan Rumah
Makan Padang (RMP). Pengunjung belum datang, menu sudah tersaji. Ciri RMP tidak
bisa ambil nasi dan lauk sendiri, bayar di kasir. Sistem prasmanan.
Jika perut terasa masih
keroncongan, dengan kode tangan kita bisa minta tambah nasaku (nasi, sayur,
kuah) di RMP. Cuci mulut, standar buah pisang lokal. Minuman hangat sampai
minuman dingin bisa dipesan. Mau menu selain yang tersaji, bisa dipesankan ke
warung tegal terdekat.
Menu politik Nasional
semenjak kran demokrasi mengucur deras terhitung dari puncak presasti
reformasi, 21 Mei 1998, banyak menyajikan aneka ideologi tanpa zat pengawet, namun
sarat perasa buatan dan pewarna industri serta aroma irama kekuasaan, kekayaan,
kekuatan begitu dominan.
Puncak ambang bawah
perjalanan tata niaga ideologi klas lokal sampai klas nasional, ditengarai
dengan adanya arus masuk investor politik dari negara paling bersahabat. Daya
tarik nikmat dunia sampai banuak pihak keblusuk, keblondrong ke fitnah dunia.
Simbol lalu lintas
percaturan politik Nasional terjadi manajemen konflik dengan standar ganda. Membuktikan
bahwa asas loyal, patuh, taat – tanpa sempat berpikir – menjadi kunci sukses
seseorang. Presiden dan/atau wakil presiden tahu betul karakter dasar anak
bangsa, putera asli daerah, orang dan/atau manusia yang lahir di Indonesia.
Kelamaan menungu
sanjungan, puja-puji orang lain, tanpa sungkan ybs memuji diri sendiri. Ironis binti
tragis ini tersaji pada klas presiden, entah yang keberapa.
Nyaris lupa, setiap
jelang pesta demokrasi, muncul aneka menu partai politik. Senyampag denga itu
maka argo politik uang sudah melaju. Sekali lagi, watak dan karakter bangsa
yang suka hal-hal baru menjadi bidikan utama para pendiri parpol.
Nantinya, rakyat
terpaksa menelan mentah-mentah berbagai aneka menu yang tersaji bebas. Mbahé mbilung ora tau bingung. Piyé paklik/mbokdé. Isih waras?. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar