operasi
senyap anti-korupsi, memancing koruptor vs menjaring koruptor
Bangsa dan rakyat di
NKRI akan bangga dalam hati. Betapa tidak, karena akan ada operasi senyap
anti-korupsi. Artinya, tahu-tahu akan ada kawasan bebas korupsi. Mulai dari pungli
sampai kutipan resmi. Tanda terima kasih yang diberikan di depan sebagai pelancar
urusan dan persingkat waktu. Niat korupsi sudah bisa terdeteksi secara dini.
Sudah tidak ada lagi
berita OTT KPK. Tahu-tahu seolah terasa ada beberapa pejabat yang pensiun dini,
dimutasi dengan hormat ke sebagai warga binaan. Tukang ganda berita nyaris
kehabisan bahan gosip nafas setan. Apalagi yang disasar adalah musuh rakyat,
musuh negara, lawan politik. Mendadak lenyap di pasar tradisional maupun pusat belanja
cuci mata dan buang duit.
Partai politik sibuk
melakukan rekrutmen sampai tingkat RT/RW maupun komunitas masyarakat papan
bawah. Kaderisasi digalakkan dan setiap anggota untuk mendapatkan KTA harus
bersertifikat. Dinasti politik nyaris mati suri, ganti modus agar tetap eksis. Kader
jenggot, kader bawaan dan turunan akan diuji secara alamiah.
Ramuan ajaib revolusi
mental mulai menampakkan khasiat, manjur, mujarab dan keampuhannya. Anak cucu,
anak keturunan ideologis berbasis bahwa koruptor orang partai adalah “pahlawan
ideologis”, mendapatkan tempat semestinya. Kekuasaan secara konstitusional
dengan segala modus, dapat diwariskan.
Akhirnya periode
2014-2019 meninggalkan kenangan manis. Berkat operasi bukti pelanggaran
menjadikan cikal bakal, bakal calon, nominator koruptor sudah mempunyai jalur
khusus. Jalur bebas hambatan karena sudah berkomunikasi, berkoordinasi, dan
memantapkan asas sepakat mufakat dengan penguasa jalanan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar