Halaman

Jumat, 29 September 2017

operasi senyap anti-korupsi, memancing koruptor vs menjaring koruptor



operasi senyap anti-korupsi, memancing koruptor vs menjaring koruptor

Bangsa dan rakyat di NKRI akan bangga dalam hati. Betapa tidak, karena akan ada operasi senyap anti-korupsi. Artinya, tahu-tahu akan ada kawasan bebas korupsi. Mulai dari pungli sampai kutipan resmi. Tanda terima kasih yang diberikan di depan sebagai pelancar urusan dan persingkat waktu. Niat korupsi sudah bisa terdeteksi secara dini.

Sudah tidak ada lagi berita OTT KPK. Tahu-tahu seolah terasa ada beberapa pejabat yang pensiun dini, dimutasi dengan hormat ke sebagai warga binaan. Tukang ganda berita nyaris kehabisan bahan gosip nafas setan. Apalagi yang disasar adalah musuh rakyat, musuh negara, lawan politik. Mendadak lenyap di pasar tradisional maupun pusat belanja cuci mata dan buang duit.

Partai politik sibuk melakukan rekrutmen sampai tingkat RT/RW maupun komunitas masyarakat papan bawah. Kaderisasi digalakkan dan setiap anggota untuk mendapatkan KTA harus bersertifikat. Dinasti politik nyaris mati suri, ganti modus agar tetap eksis. Kader jenggot, kader bawaan dan turunan akan diuji secara alamiah.

Ramuan ajaib revolusi mental mulai menampakkan khasiat, manjur, mujarab dan keampuhannya. Anak cucu, anak keturunan ideologis berbasis bahwa koruptor orang partai adalah “pahlawan ideologis”, mendapatkan tempat semestinya. Kekuasaan secara konstitusional dengan segala modus, dapat diwariskan.

Akhirnya periode 2014-2019 meninggalkan kenangan manis. Berkat operasi bukti pelanggaran menjadikan cikal bakal, bakal calon, nominator koruptor sudah mempunyai jalur khusus. Jalur bebas hambatan karena sudah berkomunikasi, berkoordinasi, dan memantapkan asas sepakat mufakat dengan penguasa jalanan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar