Halaman

Minggu, 10 September 2017

Dilema Akhir Paruh Periode DPR, Patut Diri vs Kebut Diri



Dilema Akhir Paruh Periode DPR, Patut Diri vs Kebut Diri

Tak perlu survei dari lembaga survei berbayar. Tak perlu pendapat para pengamat. Tak perlu komentar para ahli, pakar sesuai bidangnya.

Cukup dengan metode sederhana. Sudah praduga kemungkinan kinerja anggota DPR yang baru periode ini dengan kinerja anggota DPR yang masuk periode kedua atau babak akhir, akan berbeda.

Bukan berarti daya juang ideologi anggota DPR yang masih mempunyai peluang maju ke periode kedua, akan terasa menggigit. Mereka akan berkerja melampaui panggilan tugasnya. Tidak pandang waktu, tempat dan kondisi pribadi.

Karena kalau sudah berada di lingkungan dewan, maka yang berlaku adalah kamus dan hukum lokal. Ibarat masuk kandang kambing maka wajib mengembik. Bahkan tata cara “bersuara” sudah ada kode etiknya.

Sebaliknya, anggota DPR di babak akhir atau periode kedua, bukan berarti hanya tunggu waktu. Mereka malah bisa berkerja mati-matian, karena kejar target. Uber setoran ke donator, pemodal. Minimal, jangan sampai pasca periode akhir malah pailit, gulung tikar. Mereka masih dibebani beban moral, jangan-jangan mau istirahat aman damai malah dipanggil KPK.

Akhir paruh periode, bak mendaki gnung, tinggal pulang kandang melalui jalan turun. Sudah tidak ada tanjakan. Jalan turun pun masih berliku, berkelok, belak-belok, banyak persimpangan. Rambu-rambu lalu lintas didominasi warna merah, banyak larangan. Diperlukan keahlian bermanuver serta cerdas membaca situasi.

Tak salah jika masih ada anggota DPR yang mau unjuk gigi. Entah mau mengurangi beban PR (pekerjaan rumah), seperti RUU yang mangkrak, atau mau cari kesibukan lain. Jangan sampai malah cuci gudang. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar