Dilema Akhir Paruh Periode DPR, Patut Diri vs Kebut
Diri
Tak perlu survei dari
lembaga survei berbayar. Tak perlu pendapat para pengamat. Tak perlu komentar
para ahli, pakar sesuai bidangnya.
Cukup dengan metode
sederhana. Sudah praduga kemungkinan kinerja anggota DPR yang baru periode ini
dengan kinerja anggota DPR yang masuk periode kedua atau babak akhir, akan
berbeda.
Bukan berarti daya juang
ideologi anggota DPR yang masih mempunyai peluang maju ke periode kedua, akan
terasa menggigit. Mereka akan berkerja melampaui panggilan tugasnya. Tidak pandang
waktu, tempat dan kondisi pribadi.
Karena kalau sudah
berada di lingkungan dewan, maka yang berlaku adalah kamus dan hukum lokal. Ibarat
masuk kandang kambing maka wajib mengembik. Bahkan tata cara “bersuara” sudah
ada kode etiknya.
Sebaliknya, anggota DPR
di babak akhir atau periode kedua, bukan berarti hanya tunggu waktu. Mereka malah
bisa berkerja mati-matian, karena kejar target. Uber setoran ke donator, pemodal.
Minimal, jangan sampai pasca periode akhir malah pailit, gulung tikar. Mereka masih
dibebani beban moral, jangan-jangan mau istirahat aman damai malah dipanggil
KPK.
Akhir paruh periode, bak
mendaki gnung, tinggal pulang kandang melalui jalan turun. Sudah tidak ada
tanjakan. Jalan turun pun masih berliku, berkelok, belak-belok, banyak
persimpangan. Rambu-rambu lalu lintas didominasi warna merah, banyak larangan. Diperlukan
keahlian bermanuver serta cerdas membaca situasi.
Tak salah jika masih ada
anggota DPR yang mau unjuk gigi. Entah mau mengurangi beban PR (pekerjaan
rumah), seperti RUU yang mangkrak, atau mau cari kesibukan lain. Jangan sampai
malah cuci gudang. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar