Indonesia
semakin disanjung semakin linglung
Kesempatan emas bahkan
emas seemas-emasnya, adalah ketika Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud
bertandang ke NKRI. Kisahnya nyata berbasis ada udang di balik layar, sebut
saja presiden RI saat itu, dengan ringan tangan tindak turun tangan,
berbasah-basah memayungi sang Raja. Berkeringat-keringat menyambut, melayani,
meladeni lazimya tuan rumah. Termasuk sebagai sopir pribadi mobil golf yang
membawa Raja Salman berkeliling Istana Bogor.
Hasilnya, sunguh di luar
akal sehat, nalar wajar, logika sederhana.
Jokowi menyebutkan
investasi yang diberikan Arab Saudi untuk Indonesia sebesar Rp 89 triliun.
Meski angka itu besar, Presiden Jokowi terkejut karena ternyata investasi yang
ditandatangani Raja Salman untuk Cina mencapai Rp 870 triliun. (cek lagi di REPUBLIKA.CO.ID,
CIREBON - Kamis , 13 April 2017, 15:40 WIB)
Padahal, kesempatan
super emas tersebut, yang tidak bisa diprediksi kapan lagi. Tidak seperti kapan
akan terjadi gerhana bulan dan/atau gerhana matahari.
Wajar jika pak presiden
kuciwa seberat-berat kuciwa. Setelah itu tidak ada yang main survei kenapa bisa
terjadi.
Padahal ada kejadian
yang ceta wela-wela. Ketika sang raja Arab Saudi ingin jumpa sosok anak
keturunan raja Nusantara yang dikenal baik oleh kerajaannya. Diketemukanlah anak
cucu sang raja Nusantara dimaksud. Dimanfaatkan untuk swafoto. Di kamus
pemerintah Arab Saudi, sang raja Nusantara pernah membawa NKRI berkiblat ke
komunis. Sampai berakibat terjadinya kudeta G30S PKI.
Kunjungan wisata dan
istirahat romongan Raja Salman ke pulau dewata Bali, bahkan dengan perpanjangan
masa tinggal, semakin menambah data dan informasi bagaimana yang sebenarnya
dengan Indonesia.
“Survei” ini hanya
sekedar angan-angan. Berandai-andai. Tentunya jauh muka dengan fakta hasil
endusan, pelacakan ring-1. Bahkan beda jauh dengan temuan lembaga survei internasional
yang buka kantor di ruko Jakarta.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar