Apa Yang Dapat Indonesia Sinergikan Bersama
Generasi Muda
Bicara soal generasi muda, tak akan kehabisan
sumber inspirasi, tak akan kekurangan acuan hidup dan tak akan ketinggalan bahan
renungan. Masalahnya, bagaimana pemerintah memandang serta memposisikan
generasi muda.
Kalau batasan usia/umur sebagai penentu penamaan generasi,
tergantung persentasenya terhadap total penduduk. Kenyataannya, batasan
generasi lebih dikarenakan zaman atau pemerintahan. Misal sederhana, generasi
yang lahir di dekade pertama pasca reformasi, 21 Mei 1998.
Imajinasi politik mengatakan, bagaimana karakter
putera-puteri bangsa, khususnya putera asli daerah yang lahir di era SBY,
2004-2009 lanjut ke 2009-2014. Apakah karakter anak bangsa terkontaminasi
dengan menu politik, suhu politik, pergerakan semu politik maupun gosip nafas
setan bak tumor ganas.
Karena masa penantian politik malah menjadikan
kehidupan berbangsa dan bernegara atau regenerasi gelombang peradaban menjadi
bak tata niaga politik dengan sistem buka-tutup.
Aliran darah segar politik hanya beredar di tempat.
Dari side A ke side B. jantung politik Nusantara nyaris kehilangan enerji. Muncul
dipermukaan adalah gaung emosi yang genit-genit culas. Entah hidung belang macam
apa, model apa yang dirayu. Ditunggu dipanggung politik untuk diajak goyang
bareng.
Gempuran dan tantangan generasi muda dari luar,
yang tak kalah tanpa pandang bulunya, adalah erosi budaya akibat pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebelum waktunya. Atau ada yang melebihi
kapasitas diri. Melampaui daya dukung dan daya tampung karakter diri.
Terbukti, masuk periode pasca SBY, korporasi yang
menguasai politik TIK, menjadi pengganda berita bohong. Kawanan perekayasa
informasi menjadi andala pihak tertentu. Akhirnya generasi muda menjadi
bulanan-bulanan ambisi, fantasi politik segelintir elit bangsa. Negara tidak
hanya dirugikan secara Rp tetapi negara terjual murah. Akibat barter politik
dengan pihak investor politik dari negara paling bersahabat. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar