persamaan
cinta dan copet, bukan sekedar sama-sama berawalan huruf “C”
Duga, kira, sangka, anggap, syak wasangka, asumsi maupun
rasa curiga pembaca yang budiman maupun tidak ada hubungannya dengan budiman, walau
mungkin masih ada yang asal tebak, main terka, ternyata semua tidak ada yang meleset.
Berani beda, hasilnya beda tipis.
Di negara tercinta Indonesia, huruf “C” menjadi standar,
tolok ukur untuk menakar kemampuan hasil pembelajaran anak didik. Bahkan dipakai
sampai jenjang perguruan tinggi.
Lagu juga mengenal tangga nada “C”. Mungkin, soalnya
penulis tidak tahu persisnya.
Banyak lema di kamus yang berawalan huruf “C”. masalahnya
baru menjadi masalah, karena pengguna, penyuka awalan dengan huruf “C”, menurut
Kalau warna merah, di rambu-rambu lalu lintas, kemasan
obat, mempunyai makna yang sama. Yaitu sebagai tanda larangan. Termasuk di
kalender. Tanggal merah artinya libur. Kalau rapor ada angka merah, berarti
sekolah kehabisan tinta warna hitam atau warna biru. Plat merah artinya milik
pemerintah. Bibir merah, tanda sudah matang, masak. Memangnya buah.
Jadi, antara cinta dan copet, memang harus sama-sama
berhati-hati. Salah langkah, salah jalan, salah jurusan akibatnya bisa fatal. "Cinta pertama" copet, kalau kena OTT KPK akan bilang baru pertama kali mencopet. Tepatnya, perama kali ketangkap basah.
Sebaliknya, kalau dilakukan sesuai aturan main, hasilnya
akan bertolak belakang. Kontradiktif. Walau taka da sangkut pautnya dengan OTT
KPK, berita bohong maupun wibawa negera.
Menyangkut pasal pencitraan – citra diri, pesona diri,
sanjung diri – sebagaimana lazim sebagai syarat penguasa menjaga imej,
kemungkinan yang dominan antara cinta dan copet memang harus punya selera. Tidak
asal menerapkan pasal makar. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar