Halaman

Rabu, 06 September 2017

tindak tanduk penguasa sebagai refeleksi karakter diri bangsa



tindak tanduk penguasa sebagai refeleksi karakter diri bangsa

Wajar, jika negara adikuasa Amerika Serikat, yang mengaku sebagai polisi dunia, mempunyai pemimpin bak bandit jalanan. Sekaligus menjadi biang kerok bagi peradaban dunia.

Dampak bom atom Sekutu yang mengkahiri PD II, membuat Jepang berkemajuan dan sebagai negara yang tetap siaga tempur. Pasukan beladiri, bela negara tetap diperhitungkan oleh pihak lawan.

Di Indonesia, modus bela negara sebagai pengekawantahan jaga daulau dan wibawa negara. Termasuk dengan cara presiden tetap hadir dalam setiap persoalan rakyat dan birokrasi.

Praktik keseharian untuk konsumsi publik, adalah gerakan aksi nyata korporasi penabur,penebar fitnah dunia. Secara parallel penguasa melakukan gerakan senyap menghanyutkan yaitu buka kasus tutup kasus.

Praktik aneka versi demokrasi keterwakilan maupu demokrasi tanpa perantara, seolah berjalan dari dua arah yang berlawanan.

Arah pertama, dari bawah ke atas. Hak konstitusional rakyat – minimal pada saat hari-H coblosan pesta demokrasi – sudah diakomodir sedemikian rupa di UU Pemilu. Rakyat diyakini akan bertindak mengikuti petunjuk evakuasi. Rakyat tanpa banyak cang-cing-cong diharapkan akan sendiko dawuh. Tidak pakai lama.

Arah kedua, sebaliknya, dari atas ke bawah. Bagaimana anak bangsa pilihan, kader asli putera daerah, nominasi kandidat bakal calon, cikal bakal pemimpin bangsa dari orang dan/atau manusia yang secara turum temurun lahir di Nusantara. Sudah tidak ada kucing belang dalam karung. Semua pihak yang merasa layak duduk di kursi kekuasaan, seolah sudah pegang tiket terusan.

Wajar jika terjadi berbagai strata anomali. Dikatakan jangan memakai kacamata moral dalam menakar kadar ideologi penguasa. Hukum mayoritas, aklamasi, suara terbanyak yang menentukan yang benar dan yang baik.

Ini contoh bagaimana karakter politik dibentuk secara sistematis, akurat, rinci dan berjelanjutan. Tidak perlu studi banding, layak tanding, pentas sanding. Mbahé mbilung waé ora bingung lan mbingungi. Piyé paklik/mbokdé. Isih waras?.

Apakah akan ada gerakan merekayasa karakter bangsa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar