politik gizi buruk dan
kambing hitam bunting
Bukan salah bunda mengandung. Bukan!
Sama sekali bukan! Cuma, karena belum meminang sudah menimang. Kendati aneka
fakta penyebab yang sudah terungkap, belum menikah sudah beranak. Termasuk
peribahasa “lain ladang, lain belalang”. Arti yang diharap adalah “lain hukum,
lain pasal”.
Alenia pertama tadi sebagai
pemanasan untuk masuk mendalami, memperlebar, maupun memperluas alenia
berikutnya. Jangan terkesima dengan judul yang merupakan dua métafora, yaitu hanya pemakaian kata atau kelompok kata
untuk menyatakan maksud yang lain, dengan pengertian bukan arti yang
sebenarnya/sebetulnya.
Kita ingat, hafal akan hukum politik yang berujar : Pertama. Kebijakan
politik tidak pernah salah dan tidak bisa dipersalahkan. Kedua. Jika ternyata
dikemudian hari diketemukan fakta bahwa berbagai kasus kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara akibat kesalahan kebijakan
politik, maka lihat ikhwal pertama.
Koalisi jelang pilpres 2014, tidak berlaku di provinsi maupun di
kabupaten/kota saat pilkada serentak. “Dalam laut bisa diukur, dalam hati tidak
bisa ditebak” yang menjadikan koalisi menjadi koalisi banci, koalisi abal-abal,
koalisi setengah hati. Sesuai cuplikan lagu “ada uang, abang sayang” berlaku
resmi di proses politik Nusantara.
Rakyat tak perlu heran bin pusing memikirkan tingkah laku badut politik
yang sedang naik daun. Model tampilan apa saja tinggal rakyat saksikan
hidup-hidup. Nuansa mistis bukan isapan jempol, memang itu syarat untuk tetap
eksis di panggung, pentas, palagan politik.
Ayo bangkit sadar, jangan sampai tiba-tiba merasa asing dan terasing di
negeri sendiri. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar