Halaman

Selasa, 28 Februari 2017

dinamika politik Nusantara mendorong terwujudnya politik dinamisme



dinamika politik Nusantara mendorong terwujudnya politik dinamisme

Cukup mengacu pada satu lema di Kamus Bahasa Indonesia, Depdiknas 2008, yaitu dinamisme n kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yg dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dl mempertahankan hidup.

Dinamika politik Nusantara yang memasuki area abu-abu di periode 2014-2019, ternyata membawa hikmah tersembunyi. Masa transisi ini terjadi bencana politik,bak proses metamorfosis untuk menjadi manusia politik yang serbamau. Tuah reformasi yang dioplos dengan ramuan, resep, rumus, formula revolusi mental, demi kepentingan dan kebijakan partai maka laku apapun menjadi halal. Pelaku, pegiat, pekerja partai mendewakan akal, mengangungkan daya akal, sampai kehabisan akal, semata hanya meraih sisi dunia. Prestasi diukur dari keberhasilan dan sukses terukur secara fisik. Padahal sudah suratan sumpah janji dalam mempraktikkan tugas, fungsi dan wewenang sebagai penyelenggara negara.

Kalau rakyat biasa bisa berbuat banyak dan bermanfaat bagi tanah air, karena mereka bekerja, berkarya, berprestasi tanpa pamrih. Pamrihnya hanya mencari sesuap nasi. Rakyat tidak mengenal kalkulasi politik. Tidak perlu dan butuh biaya politik untuk mengabdi kepada nusa bangsa, ibu pertiwi. Bagi rakyat jelata, pengorbanan dirasakan tak sebanding  dengan kemurahan dan keramahan alam. Nyaman di negeri tanpa konflik agama, sosial, dan politik. Kerja layak dan manusiwi dengan waktu tersedia 24 jam sehari. Rakyat kecil tak pernah iri hati, dengki apalagi dendam politik kepada segelintir anak bangsa yang sukses duniawi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar