Halaman

Jumat, 17 Februari 2017

Gejolak Cabai Rawit Berbanding Terbalik Dengan Kebijakan Pemerintah Yang Dadakan



Gejolak Cabai Rawit Berbanding Terbalik Dengan Kebijakan Pemerintah Yang Dadakan

Betul kata pepatah bahwa orang tergelincir oleh batu kecil, bukan oleh batu besar. Cabai rawit, bukan karena bentuk, ukuran, volume maupun kepadatannya yang mampu menggoyang lidah atau terjadi selip lidah, justru pada rasanya. Cita rasa cabai. Tak heran jika pemerintah acap salah langkah atau mati langkah saat mengendalikian pasokan dan harga cabai rawit. Jangan dikata lagi jika koalisi bumbu dapur lainnya yaitu bawang merah dan garam ikut buka suara.

Di atas kertas, kiat pemerintah mewujudkan kemandirian ekonomi serasa tidak ada kurangnya. Bisa dilaksanakan dengan tepat guna dan hasil guna selama periode 2014-2019. Pelaksanaannya bersifat dinamis, karena gejolak pasar diluar prediksi pemerintah. Di bidang politikpun terjadi kondisi di luar nalar, logika, akal pemerintah, ketika terjadi calon tunggal di pilkada serentak. Kebijakan yang digulirkan hanya bersifat bak obat penenang masa. Banyak ahli, relawan yang bisa mengalihkan isu faktual dan aktual ke isu lain yang lebih nasionalis dan berjiwa kebangsaan serta dilandasi semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Jangankan pemerintah sampai pemerintah kabupaten/kota, wakil rakyat merasa turun wibawa jika berbasah tangan mengurusi cabai rawit. Partai penguasapun merasa bukan wewenangnya untuk urun rembug soal cabai rawit, itu urusan rakyat jelata, rakyat papan bawah yang masih doyan nasi. Urusan yang punya perut.

Lain soal jika ada pihak yang sengaja merongrong wibawa negara, maka akan serta merta, otomatis banyak pihak siap pasang badan. Mulai aparat keamanan negara yang over energi sampai kawanan partai penguasa siap berjibaku.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar