Halaman

Selasa, 21 Februari 2017

saran tukang roti yang cespleng



saran tukang roti yang cespleng

Roti tawar, roti manis serta roti-rotian lainnya, dijajakan oleh tukang roti sejak terang tanah sampai jelang lelap malam. Mulai pakai motor dengan pengeras suara, gerobak becak dengan klakson pencet plus teriak, dengan pikulan di bahu sambil terengah-engah tidak sempat teriak, serta moda angkutan lainnya.

Tidak heran kalau penjual calon isi perut di kompleks perumahan kami seperti sudah ada pangsa pasarnya, sudah ada pelanggan. Nyaris menjadi pelanggan tetap, pelanggan setia. Paling tidak mereka siap menerima panggilan pelanggan lewat alat komunikasi murah meriah, yaitu HP utawa telpon genggam.

Cerita tukang roti yang nyaris sering saya beli, yang lewat malam hari bersamaan portal di tutup oleh pak satpam. Terpaksa bermanuver mengikuti jalan atau gang bebas portal. Terkadang harus balik arah. Ini seni dan hikmah buka tutup portal. Warga jadi hafal mana pedagang makanan yang akan lewat. Sudah lewat jauhpun, kalau ada warga teriak memanggil, dengan ringan kaki tukang roti akan balik badan memenuhi panggilan isi perut pelanggan.

Bahasa rakyat yang dipakai tukang roti sangat sederhana, mendasar dan tepat sasaran.

“Bapak boleh ambil roti saya sekarang. Bayarnya besok malam.”, ujarnya dan agaknya bak promo sistem pembayaran non tunai.

Kalau lewat dan saya tidak beli, kebetulan saya ada di jalan depan rumah. Rayunya : “Bapak sudah lama tidak beli roti gambang?”. Ini roti sejak zaman saya SR/SD sudah ada. Roti manis yang agak keras, padat berisi. Ada resep untuk mengolahnya. Masukan cuwilan roti gambang ke susu panas mendidik, aduk rata, tutup. Butuh waktu sekitar 10 menit untuk mengembang. Olahan menjadi bubur kental roti gambang. Memang harus sabar.

Selain roti manis, saya terkadang beli roti tawar gandum. Karena bisa dibuat menjadi bubur, cukup 3 lapis. Agar lebih kaya dengan bahan, olahan di atas, bisa dirambah oats tanpa menyebutkan merek.

Ini bukan promo tukang roti. Karena tidak begitu niat beli roti, iseng saya ikhwal roti manis. Seperti biasa, tukang roti hanya menyebutkan nama roman (roti manis) yang di kereta dorongnya. Walau terkadang juga cari-cari diantara susunan dan tumpukan. Bagian depan berisi rota (roti tawar), roman di kotak satunya lagi. Karena kemasannya sama.

Waktu saya tanya mana roman sus dan roman moka. Saat menimang roti yang saya sebut tadi, diluar dugaan tukang roti berujar : “Pilih roti sus saja pak, berat dan ada isinya.”. Sebuah saran yang masuk akal. Tukang roti tahu kalau ada pelanggan dengan asas jangan sampi perut kosong, nanti diisi angin. Apalagi tidur malam hari, jangan sampai pencernaan ikut mimpi. Usakahan pas bangun pagi, perut jangan hampa. Kuatir balas dendam saat sarapan.

Walhasil pilihan saya memang ke roman sus. Terasa beratnya. Cocok untuk ganjal perut semalam. Wallahu a’lam bisshawab.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar