saran tukang roti yang
cespleng
Roti tawar, roti manis serta
roti-rotian lainnya, dijajakan oleh tukang roti sejak terang tanah sampai
jelang lelap malam. Mulai pakai motor dengan pengeras suara, gerobak becak
dengan klakson pencet plus teriak, dengan pikulan di bahu sambil terengah-engah
tidak sempat teriak, serta moda angkutan lainnya.
Tidak heran kalau penjual
calon isi perut di kompleks perumahan kami seperti sudah ada pangsa pasarnya,
sudah ada pelanggan. Nyaris menjadi pelanggan tetap, pelanggan setia. Paling tidak
mereka siap menerima panggilan pelanggan lewat alat komunikasi murah meriah,
yaitu HP utawa telpon genggam.
Cerita tukang roti yang nyaris
sering saya beli, yang lewat malam hari bersamaan portal di tutup oleh pak
satpam. Terpaksa bermanuver mengikuti jalan atau gang bebas portal. Terkadang harus
balik arah. Ini seni dan hikmah buka tutup portal. Warga jadi hafal mana
pedagang makanan yang akan lewat. Sudah lewat jauhpun, kalau ada warga teriak
memanggil, dengan ringan kaki tukang roti akan balik badan memenuhi panggilan
isi perut pelanggan.
Bahasa rakyat yang dipakai
tukang roti sangat sederhana, mendasar dan tepat sasaran.
“Bapak boleh ambil roti saya
sekarang. Bayarnya besok malam.”, ujarnya dan agaknya bak promo sistem
pembayaran non tunai.
Kalau lewat dan saya tidak
beli, kebetulan saya ada di jalan depan rumah. Rayunya : “Bapak sudah lama
tidak beli roti gambang?”. Ini roti sejak zaman saya SR/SD sudah ada. Roti manis
yang agak keras, padat berisi. Ada resep untuk mengolahnya. Masukan cuwilan
roti gambang ke susu panas mendidik, aduk rata, tutup. Butuh waktu sekitar 10
menit untuk mengembang. Olahan menjadi bubur kental roti gambang. Memang harus
sabar.
Selain roti manis, saya
terkadang beli roti tawar gandum. Karena bisa dibuat menjadi bubur, cukup 3
lapis. Agar lebih kaya dengan bahan, olahan di atas, bisa dirambah oats tanpa
menyebutkan merek.
Ini bukan promo tukang roti. Karena
tidak begitu niat beli roti, iseng saya ikhwal roti manis. Seperti biasa,
tukang roti hanya menyebutkan nama roman (roti manis) yang di kereta dorongnya.
Walau terkadang juga cari-cari diantara susunan dan tumpukan. Bagian depan
berisi rota (roti tawar), roman di kotak satunya lagi. Karena kemasannya sama.
Waktu saya tanya mana roman
sus dan roman moka. Saat menimang roti yang saya sebut tadi, diluar dugaan
tukang roti berujar : “Pilih roti sus saja pak, berat dan ada isinya.”. Sebuah
saran yang masuk akal. Tukang roti tahu kalau ada pelanggan dengan asas jangan
sampi perut kosong, nanti diisi angin. Apalagi tidur malam hari, jangan sampai
pencernaan ikut mimpi. Usakahan pas bangun pagi, perut jangan hampa. Kuatir balas
dendam saat sarapan.
Walhasil pilihan saya memang
ke roman sus. Terasa beratnya. Cocok untuk ganjal perut semalam. Wallahu a’lam bisshawab.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar