dikotomi politik parpol Islam, akal
lahir vs akal batin
Rahasia umum kalau
partai politik Islam yang didirikan oleh organisasi kemasyarakat Islam,
khususnya ormas Islam yang lahir jauh sebelum proklamasi kemerdekaan RI 17
Agustus 1945, dapat disimpulkan terdapat loyalitas anggota yang nyaris total.
Loyal kepada ketokohan atau loyal kepada sistem politik, menjadikan dinamika
internal.
Ironis binti miris binti
tragis, pasca reformasi yang bergulir mulai dari puncaknya, 21 Mei 1998, dengan
kran demokrasi terbuka bebas. Salah banyak efeknya adalah munculnya parpol
Islam seperti dsiebutkan di atas, atau parpol Islam yang mengusung atau
mempunyai plat form tertentu. Jangan
heran jika berhala reformasi 3K (kuasa, kaya, kuat) begitu merasuk dan melebur
jadi satu ke jiwa pelopor, pendiri sampai dedengkot parpol Islam.
Momentum bersejarah,
sebagai penanda bagaimana berpolitiknya parpol Islam, yaitu ketika MPR memilih
dan sekaligus memberhentikan presiden keempat RI yaitu K.H. Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan sebutan Gus
Dur. Gonjang-ganjing inilah sebagai cikal bakal apa yang kau cari parpol Islam.
Kembali ke ketokohan. Karena umat Islam sebagai populasi
mayoritas di NKRI, namun nyatanya ternyata bukan pemegang kendali penuh di
bidang politik, ekonomi baik yang bersifat lokal apalagi nasional.
Saat umat Islam menatap ‘lawan politik’ terlebih yang
beda akidah, iman, maka akal yang bicara. Jangan lupa, secara umum, jika mau
melihat dengan seksama apa itu politik dan bagaimana praktik politik parpol
Islam, jangan pakai kacamata moral. Jadi, bagaimana akal yang dipakai oleh
pelaku, pegiat, petugas parpol Islam.
Terlihat pada saat parpol Islam mengusung jagonya sendiri
saat pilkada terlebih pilpres atau mendukung jago atau kandidat bukan dari partainya.
Parpol Islam silau oleh prestasi duniawi pejawat, petahana yang ikut pilkada.
Atau terpengaruh rekam jejak paslon yang seolah sudah sukses dengan karir
dunia. Ini barometer sederhana tetapi secara empiris sebagai bukti bahwa parpol
Islam hanya menggunakan akal lahir untuk meyakinkan diri dalam merangkul paslon
yang sedang berlaga. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar