akal politik anak bangsa mengakali godaan
dunia
Perjalanan akal politik anak bangsa,
terbentuk sejak zaman penjajahan sebagai langkah awal merasa untuk harus
merdeka. Kesamaan pemikiran, satu tujuan untuk merdeka, kompromi politik kental
dan murni dengan nuansa persatuan dan kesatuan. Begitu kisah awalnya.
Pasang surut dinamika politik pasca
Proklamasi Kemerdekaan NKRI, 17 Agustus 1945, diwarnai oleh pemerahan yang
lebih nyata pada sang Merah-Putih oleh kudeta, makar, pemberontakan partai
politik PKI, September 1948. Pemilu pertama tahun 1955, sebagai mulai
merebaknya indikasi daya endus kekuasaan oleh segelintir petugas partai.
Koalisi politik Nasakom di zaman
Orde Lama menjadi bumerang, senjata makan tuan bagi bung Karno. Kedua kalinya
NKRI kecolongan oleh kudeta, makar, pemberontakan partai politik PKI, 30 September
1965. Tentu dengan sponsor dari negara yang sama, yang juga sebagai negara
antimonotéis.
Berkat Pancasila Sakti hasil olahan,
gubahan historis presiden kedua RI, Suharato, Nasakom lebur ke dalam partai
politik dan golongan karya. PKI yang eksis di pemilu 1955, bahwa ideologi tak ada
matinya, tetap melakukan gerakan dan operasi senyap. 6 (enam) kali pemilu di
zaman Orde Baru malah semakin mengkokohkan pak Harto untuk tetap dipercaya dan
atas kehendak rakyat lewat MPR/DPR tetap jadi presiden. Kondisi ini mirip “kesepakatan
politik” yang mengangkat bung Karno sebagai presiden seumur hidup.
Akumulasi sejarah hitam Orde Lama
dan Orde Baru muncul secara sinergis di periode 2014-2019. Tujuan utama,
pertama anak bangsa berpolitik semata-mata, semata wayang hanya untuk merebut,
mempertahankan, merebut kembali kekuasaan secara konstitusional. Memang bukan
dengan cara PKI. Tetapi campur tangan, minimal asupan gizi negara sponsor, donator
dua kali kudeta, makar, pemberontakan partai politik PKI mendominasi akal
politik penyelenggara negara.
Untuk memudahkan pepatah “carilah
ilmu sampai negeri Cina” diwujudkan dengan menyiapkan Nusantara di bawah komunikasi,
korrdinasi, kendali negara Cina. Jadi, di tanah sendiri, anak bangsa bisa
belajar langsung dari orang Cina. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar