Komunitas Perokok Tanpa Bayar
Namanya kelakuan. Pelakunya tidak pandang usia, latar
belakang pendidikan, mata pencaharian, bahkan gender. Ada yang bersifat temporer, insidentil maupun
bisa-bisa bisa jadi kebiasaan. Lumrah, bisa mempengaruhi lingkungan. Atau malah
menjadi trade mark bagi ybs.
Di kalangan perokok, terjadi revolusi mental ditandai
dengan usia perokok pemula semakin muda sampai hasil survei menunjukkan populasi
perokok aktif sudah layak untuk mendirikan sebuah partai politik. Atau tiap
karakter perokok berdasarkan jenis rokok yang dihisapnya mentah-mentah, bisa
mendirikan parpol.
Parpol perokok beraliran rokok pabrikan, berasaskan rokok
tingwe, berbasis rokok cerutu, sampai
dengan doktrin rokok oplosan. Se-Nusantara sepakat untuk tidak sepakat
membentuk koalisi parpol perokok.
Ternyata olah kata ini melenceng dari judul. Sebagai ilustrasi
pendukung.
Kembali ke judul. Karena mengikuti anjuran dokter,
beberapa perokok mulai memgurangi rokok sendiri. Di saku tidak ada rokok
sebatangpun. Jika serangan nafsu merokok datang dan sulit dihindari. kiatnya sederhana.
Melobi teman atau siapa saja yang ditemuinya untuk berbagi rokok. Awalnya,
basa-basi mau pinjam rokok, cukup sebatang. Untung kawanannya banyak. Bisa juga
dengan model korek api.
Jumpa kawan senasib, tinggal bilang rokoknya habis,
tinggal korek apinya. Rasa solidaritas, mau tak mau, lawan bicara dengan ringan
tangan akan berbagi rokoknya. Cara ampuh ini banyak peminatnya. Bukan hanya yang
sedang diet rokokpun ikut ambil bagian. Perokok aktif yang rekam jejaknya bisa
masuk MURI, dengan enteng melakukan modus merokok tanpa bayar.
Bayangkan
jika pelaku, pegiat, petugas partai sedang diet kekuasaan. Syhwat politik tidak
mungkij dikebiri. Asal sua teman senasib maupun lawan politik tanpa sungkan
akan pinjam kursi. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar