Halaman

Senin, 27 Februari 2017

penista agama dan asu gedhé menang kerahé



penista agama dan asu gedhé menang kerahé

Paribasan bahasa jawa : “Asu gedhé menang kerahé”, tegesé : wong gedhé lan nduwé panguwasa menang kuwasané .Tentunya dilengkapi dengan aneka bentuk kemenangan lainnya. Menang njegogé, menang mbrakoté, menang nyatèké, menang nggilani.

Apakah di dunia nyata semua itu ada dan terjadi. Justru paribasan tadi berdasarkan kesimpulan dari berbagai kejadian nyata yang dilakukan manusia. Manusia semacam apa yang bertindak demikian.

Ujar ki dalang Sobopawon, bahwa kejadian dimaksud merupakan ciri olah otak, ragam ucap dan tindak laku pelaku, pegiat, pekerja partai di rimba politik NKRI. Diperkuat dengan pemanfaatan revolusi teknologi informasi dan kominukasi. Dimanfaatkan oleh media massa berbayar, pengejar peringkat dan ahli provokasi massa.

Suara rakyat, yang notabene bisa jutaan, nyaris tak akan terdengar gemanya, gaungnya, apalagi sampai mengudara, diolah tayang ulang oleh media massa, khususnya media televise swasta. Hebatnya awak media pengendus dan pengganda berita onar, dengan rajin mewawancarai oknum “asu gedhé” yang sedang naik daun. Kalau perlu jadi bintang tamu utama, khusus, terhormat di acara diskusi, dialog, debat dengan tujuan mulia yaitu membodohi rakyat.

Masalahnya sekarang, “asu gedhé” sedang merajai pentas, panggung, palagan, industri, syahwat politik Nusantara. Ada mbok dé/pak dé yang kapiran.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar