Halaman

Kamis, 02 Februari 2017

NU, di antara langkah catur politik dan gerakan ukhuwah wathaniyah



NU, di antara langkah catur politik dan gerakan ukhuwah wathaniyah

Pendekatan ideologi Ahlussunah Wal Jamaah yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU), menjadikan dinamika poilitik yang dilirik dan dianutnya mengalami pasang surut. Secara historis gerak politik NU sangat tergantung pada ketokohan.

Tercatat, NU memisahkan diri dari Masyumi pada tahun 1952, lanjut di tahun 1973 bergabung dengan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Pasca reformasi yang dimulai dari puncaknya, 21 Mei 1998, kran demokrasi mengurus deras. NU terbawa arus dengan mendirikan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).

Tentunya, rekam jejak NU yang didirikan pada tanggal 21 Januari 1926/16 Rajab 1344 H, masih tetap berlanjut dan eksis sampai sekarang. Menghadapi tuntutan dan tantangan sejarah, NU memantapkan langkah untuk mengedepankan gerakan dan aksi nyata ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga bangsa). NU siap memasuki rimba kebangsaan yang serba multi, yang apapun bisa terjadi karena proses internal maupun intervensi eksternal.

Patut kita ingat adanya konsep "tri ukhuwah", yakni tiga konsep persaudaraan sebagai upaya memposisikan kita sebagai orang Islam, sebagai warga negara dan sebagai sesama manusia, yang terkenal dengan: ukhuwwah islamiyyah (persaudaraan sesama Islam), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan sesama warga bangsa), dan ukhuwwah basyariyah (persaudraan (persaudaraan berdasar kemanusiaan).

Pasca reformasi, secara politis NU dengan PKB-nya pernah babak belur, dampak konflik kepentingan dengan organisasi kemasyarakatan Islam lainnya. Kaki kanan NU terjebak dalam aturan main di negara multipartai, kaki kiri harus menggoalkan semangat “tri ukhuwah”.  [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar