Umara Banyak Tingkah, Ulama Kena Getah
Kendati
kasusnya lokal, yaitu inisiatif Polda Jatim untuk mendata ulama dan kiai. Mengingat
populasi Jawa Timur nomor dua terpadat di NKRI, berdampak pada beban psikologis
bagi polisi untuk mewujudkan keamanan dalam negeri. Sampel fakta ini justru
semakin memperkuat sinyalemen, indikasi bukan sekedar ada udang di balik batu. Ada
apa dengan polisi kita?
Secara umum
jangan sampai diartikan bahwa pihak alat keamanan negara “kalah ilmu” dengan
pelaku tindak pidana lintas negara sampai kewalahan meminimalisasi tipikor di internal, lalu lantas membuat
gaduh secara masif, terstruktur, menerus
mengatasnamakan keamanan negara.
Gambaran
besarnya adalah ketika pemimpin bangsa, penyelenggara negara, pejabat publik
secara sadar melakukan sesuatu yang dianggapnya baik dan benar. Mulai dari menyusun
kebijakan, membuat pernyataan, mengambil tindakan yang instan dan serba asal
serta jauh dari yang dibutuhkan rakyat.
Jadi, semakin umara (umara,
bentuk jamak dari kata amir, artinya pemimpin, penguasa. Kosakata amir sepadan
dengan ulul amri dalam Al-Qur'an yang artinya orang yang mempunyai pengaruh,
kekuasan; orang yang memangku urusan rakyat; penguasa) bertingkah, banyak
tingkah, berulah – terutama dalam
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi – jika dikritisi, mendapat respon positif dari rakyat karena efek
dominonya terasa nyata, apalagi jika ada aksi damai turun gunung, ujung-ujungnya
ulama yang kena getah. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar