Halaman

Jumat, 24 Februari 2017

Dibalik Rokok Terjadi Proses Pemiskinan



Dibalik Rokok Terjadi Proses Pemiskinan

Kalau kita telusuri tata niaga tembakau, dari hulu sampai hilir, ternyata banyak fakta yang didapat dari hasil kesimpulan. Secara umum, jika ada perkebunan yang merupakan kelanjutan dari zaman kolonial penjajahan, ada indikasi terjadi kemiskinan yang menimpa penduduk. Tenaga penduduk sebagai modal perusahaan dengan nilai bayar mau tak mau harus menerima. Tidak terjadi sistem bagi hasil.

Beda dengan nasib buruh tani yang menggarap sawah milik orang lain. Ada sistem bagi hasil. Idealnya, setelah panen padi laku terjual, bagi hasil dengan sistem sepertiga. Sepertiga untuk yang punya sawah, sepertiga untuk buruh tani, sepertiga untuk beli bibit, pupuk dan biaya tak terduga tapi bisa diantisipasi.

Kebijakan pemerintah tentang rokok, secara historis dengan berbagai pasal, dalih tentu akan mendukuhg usaha industri rokok. Memberi lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja lokal, kontribusi perusahan melalui program CSR, sebagai wajib pajak. Tak kurang promo segudang manfaat bagi tanah air.

Permasalahan mulai muncul bersamaan kepulan pertama asap rokok. Hubungan antara perokok aktif dengan lingkungan, khususnya perokok pasif bisa menimbulkan friksi berkelanjutan. Masalah kesehatan dan kejiwaan perokok aktif. Indonesia memasuki fenomena usia perokok pemula semakin muda sampai populasi perokok aktif  bisa melampaui populasi penduduk negara tetangga.

Akumulasi dampak negatif, efek domino walau sesuai asas HAM perokok aktif, tidak hanya menjadi beban bagi ybs, keluarga sampai lingkungan. Fakta populasi perokok aktif tiap tahun bertambah jumlah, menjadi alasan pemerintah untuk memfasilitasinya. Kendati ada kebijakan pemerintah untuk menciutkan serta menyaring jumlah perokok aktif dengan menaikkan harga eceran tertinggi rokok, tetap tak ampuh. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar