trauma ibukota, demi nila setitik korbankan susu sebelanga
Keterpaduan aneka kasus (agama+politik+hukum+keamanan) menjadi bola liar di
ibukota NKRI, Jakarta. Pemain lokal nasional, mulai dari kepala negara beserta
barisan dan jajarannya seperti mati langkah. Maklum kawan, semua kejadian
sebagai efek domino rékonsiliasi dengan negara terbesar di dunia. Yaitu adalah
negara yang secara nyata menjadi sponsor utama dua kali makar, kudeta,
pemberontakan PKI di tahun 1948 dan 1965. Banyak pihak pasang badan. Bahkan ada
yang berani dan nantang pintu langit.
Pasca pilkada serentak, rabu, 15 Februari
2017, politik nasional semakin amburadul. Rimba politik Nusantara semakin disesaki
oleh kawanan singa tua kegenit-genitan, gerombolan harimau ompong
sempoyongan, kelompok serigala bercambang bauk, barisan babi klimis, serikat buaya bergincu, serta kumpulan naga kecil atau ular
berbisa berbagai ukuran. Tujuannya sama dan cuma satu, yaitu mempertahankan
eksistensi nila setitik. Kalau perlu susu sebelanga dikorbankan. Dipersembahkan
kepada dewa penyelamat.
Bangsa dan rakyat NKRI sedang menunggu bom waktu Pasal 6
ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945. Tinggal tunggu tanggal mainnya. Apa arti
susu sebelanga dibanding nikmat periode kedua, yang seolah sudah di depan mata.
[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar