tipu
daya penguasa negara terhadap penguasa alam
Menghadapi bencana politik nasional maupun bencana politik lokal, umat
Islam tidak serta merta menggerutu, mencari kambing hitamnya atau bahkan
menyalahkan Allah karena berlaku tidak adil, pilih kasih. Umat Islam memahami
yang tersurat maupun yang tersirat dalam firman-Nya, mengacu terjemahan [QS Al Mursallat (77) : 39] : “Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu
dayamu itu terhadap-Ku”.
Historikal turunnya ayat di atas ditujukan kepada atau mengandung makna azab-azab yang ditimpakan atas orang-orang
yang mendustakan kebenaran dan balasan kepada orang-orang yang bertakwa.
Kata kunci ‘mendustakan kebenaran’ berlaku
sampai akhir zaman. Bahkan kedudukan pendusta kebenaran, sedemikian dahsyat dan
hebat, sampai-sampai Allah menantang mereka. Mungkin saat zaman Rasulullah,
pendusta agama adalah suatu kaum, suku atau komunitas masyarakat.
Zaman sekarang, pendusta agama secara formalitas
bisa penguasa negara atau perorangan karena sebagai penyembah berhala reformasi
3K (kaya, kuat, kuasa). Bisa dibuktikan lewat tayangan media massa atau
berbagai produk turunan atau produk sampingan.
Merasa sebagai negara besar karena jumlah
penduduk serta mendapat restu dari negara terbanyak penduduknya, menjadikan
penguasa negara dengan olah pikir, lagak ucap dan gaya tindak laku berani
menantang langit. Dimungkinkan karena merahnya sang Merah-Putih menjadi semakin
merah.
Siap-siap negara ini
akan dimerahkan. Mulai dari puncak atau titik strategis yaitu ibukota negara. Banyak
pihak yang rela hati kepalanya dijadikan karpet merah menyambut kedatangan
juragan besar, kawan besar. Kita tidak perlu jauh-jauh menuntut ilmu sampai
negeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar