Halaman

Minggu, 19 Februari 2017

tipu daya penguasa negara terhadap penguasa alam



tipu daya penguasa negara terhadap penguasa alam

Menghadapi bencana politik nasional maupun bencana politik lokal, umat Islam tidak serta merta menggerutu, mencari kambing hitamnya atau bahkan menyalahkan Allah karena berlaku tidak adil, pilih kasih. Umat Islam memahami yang tersurat maupun yang tersirat dalam firman-Nya, mengacu terjemahan [QS Al Mursallat (77) : 39] : “Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku”.

Historikal turunnya ayat di atas ditujukan kepada atau mengandung makna azab-azab yang ditimpakan atas orang-orang yang mendustakan kebenaran dan balasan kepada orang-orang yang bertakwa.

Kata kunci ‘mendustakan kebenaran’ berlaku sampai akhir zaman. Bahkan kedudukan pendusta kebenaran, sedemikian dahsyat dan hebat, sampai-sampai Allah menantang mereka. Mungkin saat zaman Rasulullah, pendusta agama adalah suatu kaum, suku atau komunitas masyarakat.

Zaman sekarang, pendusta agama secara formalitas bisa penguasa negara atau perorangan karena sebagai penyembah berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa). Bisa dibuktikan lewat tayangan media massa atau berbagai produk turunan atau produk sampingan.

Merasa sebagai negara besar karena jumlah penduduk serta mendapat restu dari negara terbanyak penduduknya, menjadikan penguasa negara dengan olah pikir, lagak ucap dan gaya tindak laku berani menantang langit. Dimungkinkan karena merahnya sang Merah-Putih menjadi semakin merah.

Siap-siap negara ini akan dimerahkan. Mulai dari puncak atau titik strategis yaitu ibukota negara. Banyak pihak yang rela hati kepalanya dijadikan karpet merah menyambut kedatangan juragan besar, kawan besar. Kita tidak perlu jauh-jauh menuntut ilmu sampai negeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar