Halaman

Minggu, 12 Februari 2017

entèk ngamèk kurang golèk vs ngorèti slilit ceting



entèk ngamèk kurang golèk vs ngorèti slilit ceting

Udara bebas atau yang masuk batas teritorial angkasa di atas Nusantara, tidak sekedar jadi ajang pertarungan tempat pembuangan sampah lingkungan, malah diperparah dengan polusi ujaran kebencian penguasa, penistaan agama oleh kepala daerah, ucap dan cuap berbasis memelintir ajaran agama Islam oleh presiden senior, sampai relawan ahli memproduksi berita bohong binti dusta, dimanipulir bumbu penyedap media massa yang dengan cerdas membodohi diri sendiri alias pamer bego dan masih seabreg produk berbasis “mikir nyilih utek”.

Dimungkinkan pasca pilkada serentak di 7 provinsi, 18 kota, 78 kabupaten, di hari libur nasional, rabu 15 Februari 2017, akan semakin menjadikan suhu politik adem ayem. Alasan lugunya, karena anak bangsa baru sadar kalau selama ini lalai, lengah dan kurang waspada.

Tak patut disesali kawan, memang faktanya di periode 2014-2019 emosi, energi anak bangsa tersedot oleh ulah kawanan petugas partai dalam menghadapi lawan politiknya. Herannya, sampai-sampainya alat keamanan negara denga ringan kepala siap dengan stempel, stigma makar yang akan diterakan kepada pihak yang kritis.

Jokowi-JK berhasil menciptakan orang atau sistem yang kadar loyalnya tak perlu diragukan. Sehingga mereka siap pasang badan. Tak perlu lagi “nabok nyilih tangan”. Relawan yang berani mati, siap berdiri paling depan di belakang Jokowi-JK. Tenang kawan, skenario, konspirasi, politik bagi hasil lanjutan untuk pesta demokrasi 2019 tinggal ketok palu.

Bancakan politik tidak sekedar merebut sisa kue nasional, tetapi bersaing peluang menadah remah-remah kue nasional sampai remukan kue daerah. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar