prioritas rapbn 2020,
biaya politik vs anggaran pengamanan unjuk rasa
Bahasa formal pemerintah, akibat kerusakan lingkungan hidup serta dampak
bencana diproyeksi menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,4% – 6,0% per tahun,
dibutuhkan investasi sebesar Rp36.625,9 – 37.225,8 triliun sepanjang tahun
2020-2024. Dari total kebutuhan tersebut, pemerintah dan BUMN akan menyumbang masing-masing
sebesar 8,6% – 11,0% dan 8,5% – 9,0%, sementara sisanya akan dipenuhi oleh masyarakat
atau swasta.
Belum kokohnya kelembagaan demokrasi ditandai dengan biaya politik tinggi
plus partisipasi politik belum optimal. Kendati olok-olok politik menjadi
kebanggaan manusia bebal.
Pemindahan Ibu Kota
Negara mendorong pemerataan ke luar Jawa dan mengubah mindset Java Centris.
Pembangunan Politik
Dalam Negeri Kehidupan demokrasi Indonesia ditandai dengan masih lemahnya
kinerja lembaga demokrasi seperti partai politik, lembaga legislatif, dan
tingginya biaya politik. Kondisi ini tergambar dalam capaian Indeks Demokrasi
Indonesia/IDI (2009-2017) bahwa beberapa variabel memiliki nilai konsisten rendah,
yaitu: peran partai politik, peran DPRD, peran pemerintah daerah, dan
partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan.
Peran DPRD untuk
melakukan inisiatif penyusunan Peraturan Daerah yang berpihak kepada kepentingan
rakyat belum optimal. Di sisi lain, pemerintah daerah secara umum dinilai belum
cukup mampu untuk menjalankan prinsip tata kelola pemerintahan yang efektif.
Peningkatan biaya
politik menjadi fenomena yang perlu diwaspadai. Kondisi ini berkaitan dengan transparansi
dan akuntabilitas partai politik. Tingginya biaya politik menuntut partai untuk
mendapatkan sumber pendanaan yang sering kali bersifat ilegal.
Urutan ketiga besar K/L
penyandang terbanyak RAPBN 2020, yang mana dimana alokasi prioritasnya antara
lain untuk penyelesaian tindak pidana umum, narkoba, korupsi; pengamanan unjuk rasa. Terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat dan meningkatnya pelayanan keamanan.
Di tingkat nasional,
fokus dan kebijakan pembangunan Indonesia akan menghadapi beberapa tantangan ,
yaitu menguatnya intoleransi, demokrasi yang prosedural, kesenjangan reformasi birokrasi,
masih adanya perilaku korupsi, dan masih adanya potensi ancaman yang mengganggu
keamanan dan kedaulatan negara.
Dalam aspek
kewilayahaan, Indonesia memiliki sengketa perbatasan, khususnya batas maritim,
dengan sembilan negara. Pemerintah secara intensif berdiplomasi untuk menjaga kedaulatan
wilayahnya sebagai negara kepulauan. Indonesia juga rentan menerima gangguan keamanan
dari aktor non-pemerintah seperti terorisme, penyelundupan narkoba hingga IUU Fishing.
Pemerintah terus berupaya memerangi ancaman-ancaman tersebut.
Jadi . . . [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar