biaya politik
mengendalikan praktik demokrasi nusantara
Tak perlu heran bin takjub. Ambisi kawanan
politisi sipil sekaliber petugas partai tahu apa itu nikmat kursi, nikmat
dunia. Pakai semboyan apapun, ujung-ujungnya biaya politik. Bedanya dengan
negara maju sangat terasa. Bukti nyata nusantara mampu mempertahankan diri
menjaga posisi sebagai negara berkembang. Maju setahap demi setahap.
Produk unggulan dan atau produk
utama berupa laku korup di semua lini pemerintahan. Korporasi atau pihak
swasta, pengusaha tak mau kalah. Ada uang negara ada tikus. Modus manusia
ekonomi soal gerogoti uang negara lebih cerdas.
Akhirnya, fokus penyelenggara negara
menjadi berlapis. Soal janji kampanye seolah merasa sudah dijabarkan. Bahkan cara
legal menetapkan anggaran. Menterjemahkan RPJMN menjadi tata cara penggunaan,
pemanfaatan anggaran sekaligus lunasi barter politik. Politik transaksional
kian menjebak sejalan efek domino negara multipartai.
Parpol dibentuk khusus ikut pemilu
dan dapat kursi sudah tahu diri. Tahu harga sebuah kursi. Perjuangan ideologi
hanya slogan pepesan kosong.
Perjuang amat sangat jika melihat
nikmat periode kedua. Atau mempertahankan di periode kedua jangan sampai turun
di tengah jalan. Soal meninggalkan PR, bom waktu, lazim dan wajar binti nalar
politik.
Soal ULN atau utang daerah, bisa
menentukan daya tarik cikal bakal pemain pengganti. Disinilah letak seni
politik nusantara. Uang pengaman pun belum jaminan jalan aman. Politik menjadi
alat dipastikan manusia politik akan bermain anggaran. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar